Berikut ini akan diuraikan secara singkat ketujuh komponen SK
yang dimaksud.
1. Kontruktivisme (constructivism)
Siswa menjadi pusat kegiatan, guru berfungsi
sebagai fasilitator. Strategi memperoleh pengetahuan lebih diutamakan dari pada
banyaknya pengetahuan yang diperoleh.
Aplikasi di kelas: (1)
siswa ikut bekerja, (2) berdiskusi, (3) praktik
mengerjakan sesuatu, (4) berlatih, (5) menulis karangan dan (6)
mendemonstrasikan.
2. Menemukan (inquiry)
Pengetahuan yang bermakna bagi siswa adalah
pengetahuan yang ditemukannya sendiri, bukan yang menurut guru atau menurut
buku. Proses menemukan (inquiry)
meliputi: (1) mengobservasi, (2) bertanya, (3) mengajukan dugaan (hipotesis), (4) mengumpulkan data, (5)
menyimpulkan, kata kuncinya " siswa menemukan sendiri ".
3. Bertanya (quetioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu
bermula dari "bertanya". Bertanya merupakan kiat utama dalam
pemelajaran berbasis kontekstual. Contoh penerapan di kelas: (1) Biasakan
pemelajaran terhadap topik tertentu dengan pertanyaan! (2) Ulangi pertanyaan
dengan redaksi lain, apabila siswa tidak menjawab pertanyaan guru! (3)
Lanjutkan dengan pertanyaan detil terhadap jawaban yang sudah dikemukakan
siswa! (4) Doronglah siswa untuk biasa dan berani bertanya! (5) Jangan langsung
menjawab pertanyaan yang muncul dari siswa! (6) Jangan memfonis jawaban siswa
dengan pertanyaan menghukum! (7) Jalin keakraban dengan siswa, agar siswa
berani bertanya!
4. Masyarakat Belajar
(Learning community)
Pengetahuan yang
dimiliki sesesorang akan sangat bermakna karena dalam kehidupan yang sebenarnya
kita adalah makhluk yang bermasyarakat. Dalam masyarakat belajar, siswa bisa
berbagi pengetahuan dengan orang lain, teman atau guru. Masyarakat belajar
terdiri dari siswa di luar kelas, guru, orang-orang yang ada di sekitar sekolah
itu, dan orang-orang yang ada di luar sekolah itu seperti petani, tukang,
pedagang, teknisi, pegawai lapangan dan masyarakat umum lainnya.
Contoh penerapan di kelas: (1) membentuk
kelompok kecil untuk mempelajari topik tertentu, (2) kolaburasi dengan
datang atau mendatangkan ahli mesin,
perawat, sastrawan, wartawan dan para ahli lainya, (3) memberi tugas bersama
dengan kelas paralel.
5. Pemodelan (modeling)
Pemelajaran akan berhasil dengan baik apabila
diberi contoh atau model terlebih
dahulu. Guru bukan satu-satunya model. Model bisa didatangkan dari luar kelas,
atau siswa yang mempunyai kelebihan dijadikan model. Misalnya karangan siswa
yang bagus, cara mendeklamasikan puisi yang tepat dan berpidato yang baik.
Contoh penerapan di kelas : (1) guru bahasa Indonesia menunjukkan teks sebagai
model, (2) guru memperlihatkan model-model wacana yang diambil dari berbagai
sumber, (3) guru bahasa Indonesia menyuruh siswa yang memenangkan lomba baca
puisi sebagai model pembacaan puisi.
6. Refleksi (reflection)
Refleksi adalah proses berpikir, berpikir ke belakang
tentang apa yang sudah dilakukan. Dalam pemelajaran, refleksi adalah proses
berpikir ke belakang tentang apa yang baru dipelajari, bagaimana
mempelajarinya, apakah hal itu sesuai dengan apa yang kita lakukan sebelumnya,
apa manfaatnya nanti bagi kehidupan sehari-hari di masyarakat. Siswa dimotivasi
untuk berani merefleksi apa yang baru dipelajarinya, sebagai pengayaan atau
revisi terhadap pengetahuan sebelumnya.
Contoh
penerapan di kelas: guru menyisakan waktu sejenak dan mengajak siswa melakukan
refleksi. Realisasinya dapat berupa: (1) pernyataan langsung tentang apa yang
sudah dilakukan, (2) catatan atau jurnal di buku siswa, (3) kesan atau saran
siswa mengenai pemelajaran hari itu, (4) hasil karya siswa yang direfleksi.
7.
Penilaian
yang sebenarnya (authentic assessment)
Pemelajaran
yang benar seharusnya ditekankan pada uapaya membantu siswa agar mampu
mempelajari sesuatu (learning how to
learn), bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi di
akhir periode pemelajaran. Data yang digunakan dalam penilaian diperoleh dari
kegiatan nyata siswa selama proses pemelajaran, baik dalam kelas maupun di luar
kelas. Itulah data yang sebenarnya (autentik).
Untuk mendapatkan data otentik, penilaian tidak hanya dilakukan oleh guru,
tetapi juga oleh siswa itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar