Selamat Datang di Blog-ku

Nan Lamo Takanang Juo

Kamis, 24 November 2016

Penelitian Bidang Pengajaran Keterampilan Menyimak


A. Penelitian Kuantitatif
Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori dan/atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam.
Dalam pengertian paling sederhana, data kuantitatif  melibatkan angka-angka, sedangkan data kualitatif melibatkan kata-kata.  Tetap ini perbedaan yang sangat sederhana dan ringkas.  Metode kualitatif dan kuantitatif berbeda  pada tujuan penelitian masing-masing, metode penelitian yang digunakan peneliti, peran peneliti dan tingkat yang mungkin disamaratakan.
Penelitian kuantitatif pada umumnya mendasarkan penelitiannya atas fakta yang dipercaya dan perasaan yang dapat dipisahkan. Dimana dunia merupakan fakta yang dapat ditemukan. Penelitian kualitatif, pada sisi lain, berasumsi bahwa dunia itu terdiri dari berbagai kenyataan, secara sosial dibangun dengan pandangan individu yang berbeda pada situasi yang sama. Ketika terdapat suatu penelitian yang tepat, peneliti kuantitatif mencari dan menetapkan hubungan antara variabel dan kadang-kadang menjelaskan penyebab dari hubungan itu. Penelitian kualitatif, pada satu sisi, lebih terkait tentang pemahaman situasi dan peristiwa dari sudut pandang seseorang. Maka seseorang cenderung untuk terlibat secara langsung dalam proses penelitiannya sendiri.
Penelitian kuantitatif telah menetapkan secara luas langkah-langkah umum untuk memandu peneliti dalam melaksanakannya. Penelitiaan kualitatif cenderung dirancang menjadi presstablished. Peneliti kualitatif lebih banyak mempunyai exibilas didalamnya, kedua-duanya menggunakan strategi dalam penelitian mereka secara keseluruhan. Kedua penelitian itu cenderung dirancang untuk muncul selama penelitian. Peran peneliti yang paling sering dalam penelitian kuantitatif adalah sebagai seorang peninjau yang bebas, sedangkan peneliti kualitatif cenderung terlibat langsung dalam situasi penelitian yang dilakukan. Jenis tradisi belajar yang kuantitatif adalah eksperimen, untuk kualitatif adalah etnografi.

Banyak perbedaan yang telah diuraikan, tentu saja itu tidak mutlak. Kadang-Kadang peneliti akan menggunakan kedua-duanya pendekatan kualitatif dan kuantitatif di dalam studi yang sama. Penelitian seperti ini dikenal sebagai mixed-methods research. Keuntungannya adalah dengan menggunakan berbagai macam metode, pengumpulan dan penelitian dari data yang berbeda akan lebih baik dibandingkan hanya menggunakan satu metode.
Metode penelitian campuran adalah metode penelitian yang menggunakan 2 jenis penelitian  yakni kuantitatif dan kualitatif dalam penelitian yang sama. Manfaat dengan menggunakan ke 2 jenis penelitian, peneliti mampu mengumpulkan dan menganalisis lebih banyak jenis data.
Penelitian campuran (mixed methods) merupakan gabungan dari Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Creswell menjelaskan metode penelitian kombinasi merupakan pendekatan dalam penelitian yang mengkombinasikan atau menghubungkan antara metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Hal itu mencakup landasan filosofis, penggunan pendekatan kuantitatif dan kualitatif, dan mengkombinasika kedua pendekatan dalam penelitian. Pendekatan ini lebih kompleks dari sekadar mengumpulkan dan menganalisis dua jenis data; tetapi juga melibatkan fungsi dari dua pendekatan penelitian tersebut secara kolektif sehingga kekuatan penelitian ini secara keseluruhan lebih besar daripada penelitian kualitatif dan kuantitatif. Menurut Creswell metode ini sering disebu juga sebagai metode multimethods, convergence (dua metode bermuara pada satu metode), integrated (integrasi dua metode), dan Combine (kombinasi dua metode). Abbas Tashakkori menjelaskan metode campuran adalah kajian yang merupakan prodak pragmatis dan memadukan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dalam perbedaan tahap-tahap proses penelitian.
Pendapat lain mengatakan bahwa metode penelitian campuran adalah suatu metode penelitian yang mengkombinasikan atau mengabungkan antara metode kuantitatif dan kualitatif untuk digunakan secara bersama-sama dalam suatu penelitian, sehingga diperoleh data yang lebih komprehensif, valid, reliable dan obyektif.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diuraikan bahwa : Penelitian metode campuran merupakan pendekatan penelitian yang mengombinasikan atau mengasosiasikan bentuk kualitatif dan bentuk kuantitatif. Pendekatan ini melibatkan asumsi-asumsi filosofis, aplikasi pendekatan-pendekatan kualitatif dan kuantitatif, serta pencampuran (mixing) kedua pendekatan tersebut dalam satu penelitian. Pendekatan ini lebih kompleks dari sekadar mengumpulkan dan menganalisis dua jenis data; tetapi juga melibatkan fungsi dari dua pendekatan penelitian tersebut secara kolektif (bersamaan) sehingga kekuatan penelitian ini secara keseluruhan lebih besar daripada penelitian kualitatif dan kuantitatif.
Contoh Judul Penelitian Menyimak:
PEMANFAATAN MEDIA WAYANG KARTUN BINATANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK SISWA MEMAHAMI ISI DONGENG PADA SISWA KELAS 2 DI SDN GROBOGAN 02 KABUPATEN JOMBANG OLEH IIN ZAHROTU ZUHRO
PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATERI MENDENGARKAN PENGUMUMAN MELALUI MEDIA AUDIO PADA SISWA KELAS 4 SD NEGERI 01 SIKAYU COMAL KABUPATEN PEMALANG

B. Penelitian Kualitatif
Metode penelitian kualitatif  merupakan metode baru karena popularitasnya belum lama, metode ini juga dinamakan postpositivistik karena berlandaskan pada filsafat post positifisme, serta sebagai metode artistic karena proses penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola), dan disebut metode interpretive karena data hasil peneletian lebih berkenaan dengan interprestasi terhadap data yang di temukan di lapangan. Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistic, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang teleh di tetapkan. Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitianya di lakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting), di sebut juga metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak di gunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya.
Beberapa metodologi seperti Kirk dan Miller (1986), mendefinisikan metode kualitatif sebagai tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam kawasanya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahanya. Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor (1975) dalam buku Moleong (2004:3) mengemukakan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Miles and Huberman (1994) dalam Sukidin (2002:2) metode kualitatif berusaha mengungkap berbagai keunikan yang terdapat dalam individu, kelompok, masyarakat, dan/atau organisasi dalam kehidupan sehari-hari secara menyeluruh, rinci, dalam, dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Metode penelitian kualitatif juga merupakan metode penelitian yang lebih menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah dari pada melihat permasalahan untuk penelitian generalisasi. Metode penelitian ini lebih suka menggunakan teknik analisis mendalam ( in-depth analysis ), yaitu mengkaji masalah secara kasus perkasus karena metodologi kulitatif yakin bahwa sifat suatu masalah satu akan berbeda dengan sifat dari masalah lainnya.
Menurut teori penelitian kualitatif, agar penelitinya dapat betul-betul berkualitas, maka data yang dikumpulkan harus lengkap, yaitu berupa data primer dan data sekunder. Data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang diucapkan secara lisan,gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subjek yang dapat dipercaya, dalam hal ini adalah subjek penelitian (informan) yang berkenaan dengan variabel yang diteliti. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen grafis (tabel, catatan, notulen rapat, dll), foto-foto, film, rekaman video, benda-benda, dan lain-lainyang dapat memperkaya data primer.
Dengan demikian menurut Moleong (1998), sumber data penelitian kualitatif adalah tampilan yang berupa kata-kata lisan atau tertulis yang dicermati oleh peneliti, dan benda-benda yang diamati sampai detailnya agar dapat ditangkap makna yang tersirat dalam dokumen atau bendanya. Sumber data tersebutpun harusnya asli, namun apabila yang asli susah didapat, maka fotocopy atau tiruan tidak terlalu jadi masalah, selama dapat diperoleh bukti pengesahan yang kuat kedududkannya. Sumber data penelitian kualitatif secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu manusia dan yang bukan manusia. Namun ketika peneliti memilih manusia sebagai subjek harus tetap mewaspadai bahwa manusia mempunyai pikiran, perasaan, kehendak, dan kepentingan. Meskipun peneliti sudah memilih secara cermat, sudah merasa menyatu dalam kehidupan bersama beberapa lama, tetap harus mewaspadai bahwa mereka juga bisa berfikir dan mempertimbangkan kepentingan pribadi. Mungkin ada kalanya berbohong sedikit dan menyembunyikan hal-hal yang dianggap dapat merugikan dirinya, dalam hal ini peneliti harus lebih pandai mengorek informasi menyembunyikan perasaan. Dengan demikian mungkin data yang akan diperoleh lebih bisa dipertanggungjawabkan.
Sehubungan dengan pengumpulan data tersebut Bogdan & Biklen (1982) mengatakan bahwa dalam penelitian kualitatif ini kehadiran peneliti sangat penting kedudukannya, karena penelitian kualitatif adalah studi kasus, maka segala sesuatu akan sangat bergantung pada kedudukan peneliti. Dengan demikian peneliti berkedudukan sebagai instrumen penelitian yang utama (Moleong 1998). Begitu penting dan keharusan keterlibatan peneliti dan penghayatan terhadap permasalahan dan subjek penelitian, maka dapat dikatakan bahwa peneliti melekat erat dengan subjek penelitian. Jadi tujuan dari metodologi ini bukan suatu generalisasi tetapi pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah. Penelitian kualitatif berfungsi memberikan kategori substantif dan hipotesis penelitian kualitatif.

C. Perbedaan Penelitian Kuantitattif dan Kualitatif
Perbedaan mendasar dari metode penelitian kuantitatif dengan metode penelitian kualitatif yaitu terletak pada strategi dasar penelitiannya. Penelitian kuantitatif dipandang sebagai sesuatu yang bersifat konfirmasi dan deduktif, sedangkan penelitian kualitatif bersifat eksploratoris dan induktif. Bersifat konfirmasi disebabkan karena metode penelitian kuantitatif ini bersifat menguji hipotesis dari suatu teori yang telah ada. Penelitian bersifat mengkonfirmasi antara teori dengan kenyataan yang ada dengan mendasarkan pada data ilmiah baik dalam bentuk angka. Penarikan kesimpulan bersifat deduktif yaitu dari sesuatu yang bersifat umum ke sesuatu yang bersifat khusus. Hal ini berangkat dari teori-teori yang membangunnya.
Hamidi menjelaskan setidaknya terdapat 12 perbedaan pendekatan kuantitatif dengan kualitatif seperti berikut ini :
1.      Dari segi perspektifnya penelitian kuantitatif lebih menggunakan pendekatan etik, dalam arti bahwa peneliti mengumpulkan data dengan menetapkan terlebih dahulu konsep sebagai variabel-variabel yang berhubungan yang berasal dari teori yang sudah ada yang dipilih oleh peneliti. Kemudian variabel tersebut dicari dan ditetapkan indikator-indikatornya. Hanya dari indikator yang telah ditetapkan tersebut dibuat kuesioner, pilihan jawaban dan skor-skornya. Sebaliknya penelitian kualitaif lebih menggunakan persepektif emik. Peneliti dalam hal ini mengumpulkan data berupa cerita rinci dari para informan dan diungkapkan apa adanya sesuai dengan bahasa dan pandangan informan.
2.      Dari segi konsep atau teori, penelitian kuantitatif bertolak dari konsep (variabel) yang terdapat dalam teori yang dipilih oleh peneliti kemudian dicari datanya, melalui kuesioner untuk pengukuran variabel-variabelnya. Di sisi lain penelitian kualitatif berangkat dari penggalian data berupa pandangan responden dalam bentuk cerita rinci atau asli mereka, kemudian para responden bersama peneliti meberi penafsiran sehingga menciptakan konsep sebagai temuan. Secara sederhana penelitian kuantitatif berangkat dari konsep, teori atau menguji (retest) teori, sedangkan kualitatif mengembangkan ,menciptakan, menemukan konsep atau teori.
3.      Dari segi hipotesis, penelitian kuantitatif merumuskan hipotesis sejak awal, yang berasal dari teori relevan yang telah dipilih, sedang penelitian kualitatif bisa menggunakan hipotesis dan bisa tanpa hipotesis. Jika ada maka hipotesis bisa ditemukan di tengah penggalian data, kemudian “dibuktikan” melalui pengumpulan data yang lebih mendalam lagi.
4.      Dari segi teknik pengumpulan data, penelitian kuantitatif mengutamakan penggunaan kuisioner, sedang penelitaian kualitatif mengutamakan penggunaan wawancara dan observasi.
5.      Dari segi permasalahan atau tujuan penelitian, penelitian kuantitatif menanyakan atau ingin mengetahui tingkat pengaruh, keeretan korelasi atau asosiasi antar variabel, atau kadar satu variabel dengan cara pengukuran, sedangkan penelitian kualitatif menanyakan atau ingin mengetahui tentang makna (berupa konsep) yang ada di balik cerita detail para responden dan latar sosial yang diteliti.
6.       Dari segi teknik memperoleh jumlah (size) responden (sample) pendekatan kuantitatif ukuran (besar, jumlah) sampelnya bersifat representatif (perwakilan) dan diperoleh dengan menggunakan rumus, persentase atau tabel-populasi-sampel serta telah ditentukan sebelum pengumpulan data. Penelitian kualitatif jumlah respondennya diketahui ketika pengumpulan data mengalami kejenuhan. Pengumpulan datanya diawali dari mewawancarai informan-awal atau informan-kunci dan berhenti sampai pada responden yang kesekian sebagai sumber yang sudah tidak memberikan informasi baru lagi. Maksudnya berhenti sampai pada informan yang kesekian ketika informasinya sudah “tidak berkualitas lagi” melalui teknik bola salju (snow-ball), sebab informasi yang diberikan sama atau tidak bervariasi lagi dengan para informan sebelumnya. Jadi penelitian kualitatif jumlah responden atau informannya didasarkan pada suatu proses pencapaian kualitas informasi.
7.      Dari segi alur pikir penarikan kesimpulan penelitian kuantitatif berproses secara deduktif, yakni dari penetapan variabel (konsep), kemudian pengumpulan data dan menyimpulkan. Di sisi lain, penelitian kualitatif berproses secara induktif, yakni prosesnya diawali dari upaya memperoleh data yang detail (riwayat hidup responden, life story, life sycle, berkenaan dengan topik atau masalah penelitian), tanpa evaluasi dan interpretasi, kemudian dikategori, diabstraksi serta dicari tema, konsep atau teori sebagai temuan.
8.      Dari bentuk sajian data, penelitian kuantitatif berupa angka atau tabel, sedang penelitian kualitatif datanya disajikan dalam bentuk cerita detail sesuai bahasa dan pandangan responden.
9.      Dari segi definisi operasional, penelitian kuantitatif menggunakannya, sedangkan penelitian kualitatif tidak perlu menggunakan, karena tidak akan mengukur variabel (definisi operasional adalah petunjuk bagaimana sebuah variabel diukur). Jika penelitian kualitatif menggunakan definisi operasional, berarti penelitian telah menggunakan perspektif etik bukan emiklagi. Dengan menetapkan definisi operasional, berarti peneliti telah menetapkan jenis dan jumlah indikator, yang berarti telah membatasi subjek penelitian mengemukakan pendapat, pengalaman atau pandangan mereka.
10.   (Dari segi) analisis data penelitian kuantitatif dilakukan di akhir pengumpulan data dengan menggunakan perhitungan statistik, sedang penelitian kualitatif analisis datanya dilakukan sejak awal turun ke lokasi melakukan pengumpulan data, dengan cara “mengangsur atau menabung” informasi, mereduksi, mengelompokkan dan seterusnya sampai terakhir memberi interpretasi.
11.  Dari segi instrumen, penelitian kualitatif memiliki instrumen berupa peneliti itu sendiri. Karena peneliti sebagai manusia dapat beradaptasi dengan para responden dan aktivitas mereka. Yang demikian sangat diperlukan agar responden sebagai sumber data menjadi lebih terbuka dalam memberikan informasi. Di sisi lain, pendekatan kuantitatif instrumennya adalah angket atau kuesioner.
12.  Dari segi kesimpulan, penelitian kualitatif interpretasi data oleh peneliti melalui pengecekan dan kesepakatan dengan subjek penelitian, sebab merekalah yang yang lebih tepat untuk memberikan penjelasan terhadap data atau informasi yang telah diungkapkan. Peneliti memberikan penjelasan terhadap interpretasi yang dibuat, mengapa konsep tertentu dipilih. Bisa saja konsep tersebut merupakan istilah atau kata yang sering digunakan oleh para responden. Di sisi lain, penelitian kuantitatif “sepenuhnya” dilakukan oleh peneliti, berdasarkan hasil perhitungan atau analisis statistik.
13.  Proses Penelitian
Penelitian kuantitatif bertolak dari studi pendahuluan dari obyek yang diteliti. Masalah harus digali melalui studi pendahuluan melalui fakta-fakta empiris, sehingga peneliti harus menguasai teori melalui membaca berbagai refrensi. Selanjutnya masalah dirumuskan secara spesifik. Untuk menjawab masalah yang bersifat sementara (hipotesis) maka, peneliti dapat membaca refrensi teoritis yang relevan. Kemudian untuk menguji hipotesis peneliti dapat memilih metode/strategi/pendekatan/desain penelitian yang sesuai. Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih maka peneliti dapat menyusun instrumen penelitian. Dan hendaknya instrumen penelitian terlebih dahulu diuji validitas dan realiabilitasnya. Pengumpulan data pada penelitian kuantitatif dilakukan pada objek tertentu baik populasi maupun sampel. Jika peneliti akan membuat generalisasi terhadap temuanya, maka sampel yang diambil harus respensif (mewakili). Setelah data terkumpul, selanjutnya dianalisi untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis. Dalam analisis akan ditemukan apakah hipotesis ditolak atau diterima atau apakah penemuan itu sesuai dengan hipotesis yang dajukan atau tidak. Kesimpulanya berdasarkan metode penelitian kuantitatif maka penelitian ini bersifat linear, dimana langkah-langkahnya jelas, mulai dari rumusan masalah, berteoti, berhipotesis, pengumpulan data, analis data, serta kesimpulan dan saran.
Sedangkan proses penelitian kualitatif adalah penelitian yang belum memiliki masalah, atau keinginan yang jelas, tetapi dapat langsung memasuki lapangan/objek penelitian. Setelah memasuki objek penelitian tahap awal peneliti kualitatif akan melihat segala sesuatu yang ada ditempat itu , masih bersifat umum. Baru ketika pada proses penelitian tahap ke dua yang disebut sebagai tahap reduksi/fokus, peneliti akan memilih mana data yang menarik penting, berguna, dan baru. Selanjutnya dikelompok menjadi berbagai kategori yang ditetapkan sebagai fokus penelitian. Tahap selanjutnya atau tahap ke tiga dalam penelitian kualitatif adalah tahap selection. Pada tahap ini peneliti menguraikan fokus menjadi lebih rinci. Kemudian peneliti melakukan analis yang mendalam terhadap data dan informasi yang diperoleh, maka selanjutnya peneliti dapat menemukan tema dengan cara mengkonstruksikan data yang diperoleh menjadi sebuah pengetahuan, hipotesis atau ilmu yang baru.
Hasil akhir dari penelitian kualitatif ini bukan hanya sekedar menghasilkan Data atau informasi seperti yang sulit di cari  halnya pada metode penelitian kuantitatif, tetapi juga harus mampu menghasilkan informasi-informasi yang bermakna, bahkan hipotesis atau ilmu baru yang dapat digunakan untuk membantu mengatasi masalah dan meningkatkan taraf hidup manusia.

D.  Jenis Penelitian Pendidikan
Secara umum ada beberapa metodologi yang biasa digunakan dalam penelitian pendidikan antara lain:
1.  Penelitian eksperimental
2.  Penelitian korelasional
3.  penelitian kausal komparatif
4.  Penelitian survey
5.  Penelitian etnografi
6.  Penelitian historis
7.  Penelitian Tindakan Kelas

1)Penelitian Eksperimental
·      Merupakan penelitian yang paling mendekati metode ilmiah
·      Peneliti   memberikan   perlakuan   yang   berbeda   pada   dua kelompok,  dan  kemudian  mempelajari  efek  perlakuan.  Hasil dari penelitian ini mempunyai interpretasi yang jelas dan lugas
·      Misalnya:  Seorang  guru  fisika  ingin  mengetahui  metode mengajar  manakah  yang  efektif  untuk  mengajarkan  konsep yang   abstrak   (misalnya   usaha dan energi).   Maka   ia   dapat merancang     suatu     penelitian     untuk     membandingkan  efektivitas   dari   dua   macam   metode   mengajar   untuk meningkatkan pemahaman siswa.

2)Penelitian Korelasional
·      Tujuan penelitian ini adalah menentukan hubungan antara dua variabel atau lebih.
·      Misalnya:   Seorang   guru   fisika  ingin   mengetahui individu  yang  bagaimana  yang  sering  mengalami  kesulitan dalam  mempelajari  kinematika.  Bila  kita  dapat  memprediksi secara   tepat,   maka   kita   dapat   menganjurkan   saran koreksi   terhadap   guru   tersebut   untuk   menggunakan metode tertentu, sehingga anak senang belajar kinematika.
·      Penelitian    korelasional    bertujuan    untuk    menyelidiki hubungan  yang  bermakna.   Oleh   karena   itu   dalam penelitian   ini   diharapkan   tidak   ada   intervensi   atau manipulasi  yang  dapat  mempengaruhi  hasilnya,  kecuali instrumen  penelitian  yang  diperlukan  untuk  mengumpulkan data. Sampel haruslah individu yang sama

3)Penelitian Kausal Komparatif
·      Penelitian  ini  bertujuan  untuk  menyelidiki  akibat  dari perbedaan diantara kelompok atau orang-orang.
·      Misalnya  guru  ingin  membandingkan  apakah  hasil  belajar siswa  dari  keluarga  dengan  orang  tua  tunggal  (single parent)  lebih  buruk  dari  pada  siswa  dari  keluarga  utuh. Untuk  menyelidiki  hal  ini,  guru  harus  memilih  secara sistematis  dua  kelompok  siswa  (orang  tua  tunggal  dan orangtua lengkap) – yang sesungguhnya (bukan manipulasi)
     Setelah  itu  guru  membandingkan  hasil  belajar  mereka. Setelah   nyata   berbeda,   guru   tidak   boleh   segera menyimpulkan   bahwa   situasi   keluarga   mempengaruhi prestasi  belajar  siswa,  sebab masih  ada  factor  lain  yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.
·      Interpretasi  dari  penelitian  kausal  komparatif  adalah terbatas, karena peneliti tidak boleh menyimpulkan bahwa faktor  tertentu  dapat  mempengaruhi  tingkah  laku  yang diobservasi.  Dalam  contoh  ini,  guru  tidak  mengetahui  (1) bahwa  perbedaan  prestasi  mungkin  disebabkan  karena situasi rumah (2) status orangtua juga dapat menyebabkan perbedaan     prestasi (3) adanya     faktor     lain     yang berpengaruh.

4)Penelitian Survei
·      Penelitian  ini  bertujuan  untuk  memperoleh  data  yang menentukan sifat spesifik ndari suatu kelompok.
·      Misalnya seorang kepala sekolah ingin mengetahui dampak dari  kebijakan  administrasi  yang  dilakukannya.  Apakah siswa   suka   atau   tidak   suka   terhadap   kebijakannya? Kebijakan mana yang paling disukai, dan yang paling tidak disukai.
·      Suatu   survey   deskriptif   perlu   menyiapkan   sejumlah pertanyaan  yang  dikemas  dalam  bentuk  kuesioner  atau angket  untuk  sejumlah  besar  responden  atau  individu, melalui   surat,   telepon,   e-mail,   sms,   atau   diberikan langsung.   Jika   menghendaki   jawaban   langsung   dari responden,    dapat    melalui    wawancara.    Jawabannya kemudian  ditabulasi,  umumnya  dalam  bentuk  frekuensi atau persentase dari setiap jawaban pertanyaan.

5)Penelitian Etnografi
·       Penelitian etnografi merupakan salah satu penelitian kualitatif. Penelitian etnografi adalah penelitian berhubungan pada dokumentasi atau gambaran kegiatan seseorang setiap hari, atau menggunakan observasi dan interview.
·      Misalnya:    Bagaimana  cara  guru  olahraga  mengajarkan suatu   materi?   Apa   yang   dilakukan   oleh   guru   dalam kegiatan rutin sekari-hari? Apa yang dilakukan oleh siswa setiap hari? Kegiatan apa yang dilakukan setiap hari?
·      Untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan di atas, maka peneliti  dapat  melakukan  ethnographic  research,  yang menekankan  pada  dokumentasi  dan  gambaran  kegiatan atau apa yang dialami oleh individu, melalui observasi dan interview. Sebagai contoh, dapat dilakukan di suatu kelas di SD, di mana peneliti melakukan observasi atas kegiatan guru   dan   siswa   secara   penuh,   utuh,   dan   kemudian mendeskripsikannya  secara  sangat  rinci. 

6)Penelitian Sejarah
·      Penelitian ini berkaitan dengan aspek yang terjadi di masa lalu.  Data  diperoleh  melalui  penelitian  dokumen,  atau wawancara  dengan  individu  yang  hidup  pada  masa  itu. Penelitian  ini  berupaya  untuk  merekonstruksi  setepat mungkin  tentang  apa  yang  terjadi  pada  masa  itu  dan menjelaskannya.
·      Misalnya, Seorang koordinator kurikulum di sekolah, ingin mengetahui tentang argumentasi yang terjadi di masa lalu tentang  kurikulum  kelas  12.  Untuk  itu  ia  harus  membaca berbagai  hasil  penelitian  sosial  dan  teori  kurikulum  yang kemudian perlu diperbandingkan

C. Penelitian Tindakan kelas
·      Penelitian   Tindakan   Kelas   (PTK)   bersifat   situasional, berkaitan  dengan  mendiagnosis  masalah  dalam  konteks tertentu,  misalnya  masalah  di  kelas  atau  di  sekolah. Masalah berangkat dari praktek pembelajaran sehari-hari yang  benar-benar  dirasakan  oleh  guru  atau  siswanya. Kemudian  diupayakan  penyelesaiannya  demi  peningkatan mutu  pendidikan,  prestasi  siswa,  profesi  guru,  dan  mutu sekolahnya  dengan  jalan  merefleksi  diri  sebagai  praktisi dalam  pelaksanaan  tugas-tugasnya  dan  sekaligus  secara sistematik meneliti praksisnya sendiri.
·      Penelitian  tindakan  kelas  merupakan  upaya  kolaboratif antara  guru  dengan  siswanya,  bersifat  “self  evaluative‟ yaitu  modifikasi  praksis  yang  dilakukan  secara  kontinyu dan   dievaluasi   dalam   situasi   yang   terus   berjalan   di samping memperbaiki praksis pembelajarannya.

KESIMPULAN
            Metode penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang sistematis, jelas, terencana sejak awal hingga akhir penelitian. Di mulai dari peneliti yang menemukan sebuah masalah dan mengembangkan masalahnya melalui membaca beberapa referensi  yang nantinya akan memunculkan hipotesis yang akan  di buktikan melalui kuesioner/angket yang diberikan kepada responden atau sampel dari beberapa populasi yang dipilih melalui random. Hasil penelitian dari metode kuantitatif secara umum akan berupa data-data/angka-angka. Pada metode ini analisis data akan dilakukan setelah semua data terkumpul.
Sedangkan metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang dikembangkan berdasarkan hasil penelitian di lapangan, secara langsung peneliti melakukan penelitian  kepada sumber data/responden. Hasil yang diperoleh dalam metode penelitian kualitatif ini akan berupa dokumen-dokumen, baik dokumen pribadi peneliti, catatan lapangan, ucapan dan tindakan responden, dll. Analisis dilakukan sejak awal hingga akhir penelitian.

DAFTAR PUSTAKA
Hamidi. 2004. Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal dan Laporan Penelitian. Malang: UMM Press. Hal 14-16
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Sabtu, 19 November 2016

A. MEDIA PEMBELAJARAN
1. PENGERTIAN MEDIA PEMBELAJARAN
Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Sementara itu, Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Sedangkan, National Education Associaton (1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Dari ketiga pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. Brown (1973) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad Ke –20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet.
Pengertian Media berarti wadah atau sarana, jadi media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Bahwa media pembelajaran adalah bahan, alat, atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna. Berdasarkan definisi tersebut, media pembelajaran memiliki manfaat yang besar dalam memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran. Media pembelajaran yang digunakan harus dapat menarik perhatian siswa pada kegiatan belajar mengajar dan lebih merangsang kegiatan belajar siswa.
Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Sementara itu, Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Sedangkan, National Education Associaton (1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Dari ketiga pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. Brown (1973) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad Ke –20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet.

2. FUNGSI MEDIA PEMBELAJARAN
1. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar – gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial.
2. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena : (a) obyek terlalu besar; (b) obyek terlalu kecil; (c) obyek yang bergerak terlalu lambat; (d) obyek yang bergerak terlalu cepat; (e) obyek yang terlalu kompleks; (f) obyek yang bunyinya terlalu halus; (f) obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik.
3. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya.
4. Media menghasilkan keseragaman pengamatan
5. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.
6. Media membangkitkan keinginan dan minat baru.
7. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.
 8. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak. 

3. JENIS MEDIA PEMBELAJARAN
            Sejalan dengan perkembangan IPTEK penggunaan media, baik yang bersifat visual, audial, projected still media maupun projected motion media bisa dilakukan secara bersama dan serempak melalui satu alat saja yang disebut Multi Media. Dewasa ini penggunaan komputer tidak hanya bersifat projected motion media, namun dapat meramu semua jenis media yang bersifat interaktif. Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media, yaitu bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Contoh : bila tujuan atau kompetensi peserta didik bersifat menghafalkan kata-kata tentunya media audio yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atau kompetensi yang dicapai bersifat memahami isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan. Kalau tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas), maka media film dan video bisa digunakan. Di samping itu, terdapat kriteria lainnya yang bersifat melengkapi (komplementer), seperti: biaya, ketepatgunaan; keadaan peserta didik; ketersediaan; dan mutu teknis.Semakin sadarnya orang akan pentingnya media yang membantu pembelajaran sudah mulai dirasakan. Pengelolaan alat bantu pembelajaran sudah sangat dibutuhkan. Bahkan pertumbuhan ini bersifat gradual. Metamorfosis dari perpustakaan yang menekankan pada penyediaan meda cetak, menjadi penyediaan dan permintaan serta pemberian layanan secara multi-sensori dari beragamnya kemampuan individu untuk mencerap informasi, menjadikan pelayanan yang diberikan mutlak wajib bervariatif luas. Selain itu, dengan semakin meluasnya kemajuan di bidang komunikasi dan teknologi serta ditemukannya dinamika proses belajar, maka pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pengajaran semakin menuntut untuk memperoleh media pendidikan yang bervariasi secara luas pula. Karena memang belajar adalah proses internal dalam diri manusia maka guru bukanlah merupakan satu-satunya sumber belajar, melainkan merupakan salah satu komponen dari sumber belajar.

4. PEMILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN
            Tiap jenis media mempunyai karakteristik atau sifat-sifat khas tersendiri. Artinya mempunyai kelebihan dan kekurangan satu terhadap yang lain . Sifat-sifat yang biasanya dipakai untuk menentukan kesesuaian penggunaan atau pemilihan media ialah : a. Jangkauan Beberapa media tertentu lebih sesuai untuk pengajaran individual misalnya buku teks, modul, program rekaman interaktif (audio, video, dan program computer). Jenis yang lain lebih sesuai untuk pengajaran kelompok di kelas, misalnya media proyeksi (OHT, Slide, Film) dan juga program rekaman (audio dan video). Ada juga yang lebih sesuai untuk pengajaran massal , misalnya program siaran ( radio, televisi, dan konferensi jarak jauh dengan audio). b. Keluwesan Dari segi keluwesan, media ada yang praktis mudah dibawa kemana-mana , digunakan kapan saja, dan oleh siapa saja, misalnya media cetak seperti buku teks , modul , diktat , dll. c. Ketergantungan Media : Beberapa media tergantung pemakaianya pada sarana/fasilitas tertentu atau hadirnya seorang penyaji/guru. d. Kendali / control : Kadang-kadang dirasa perlu agar control belajar ada pada peserta didik sendiri ( pelajar individu), pada guru ( pelajaran klasikal ) , atau peralatan. e. Atribut : Penggunaan media juga dapat dirasakan pada kemampuanya memberikan rangsangan suara, visual, warna maupun gerak f. Biaya : Alasan lain untuk menggunakan jenis media tertentu ialah karena murah biaya pengadaan atau pembuatanya .
Di Amerika Serikat teknologi pendidikan dipandang sebagai media yang lahir dari revolusi media komunikasi yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan pendidikan di samping, guru, buku, dan papan tulis. Di Inggris teknologi pendidikan dipandang sebagai pengembangan, penerapan, dan sistem evaluasi, teknik dan alat-alat pendidikan untuk memperbaiki proses belajar. Teknologi pendidikan adalah pendekatan yang sistematis terhadap pendidikan dan latihan, yakni sistematis dalam perumusan tujuan, analisis dan sintesis yang tajam tentang proses belajar mengajar. Teknologi pendidikan adalah pendekatan “problem solving“ tentang pendidikan. Namun kita masih sedikit tahu apa sebenarnya mendidik dan mengajar itu. Teknologi pendidikan bukanlah terutama mengenai alat audio-visual, komputer, dan internet. Walaupun alat audio-visual telah jauh perkembangannya, dalam kenyataan alat-alat ini masih terlampau sedikit dimanfaatkaan. Pengajaran masih banyak dilakuakan secara lisan tanpa alat audio-visual, komputer, internet walaupun tersedia. Dapat dirasakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam menjalankan resource-based learning “atau belajar dengan menghadap anak-anak langsung dengan berbagai sumber, seperti buku dalam perpustakaan, alat audio- visual, komputer, internet dan sumber lainya. Kesulitan juga akan dihadapi dalam pengadminitrasiannya. Ciri-ciri belajar berdasarkan sumber, diantaranya (1) Belajar berdasarkan sumber (BBS ) memanfaatkan sepenuhnya segala sumber informasi sebagai sumber bagi pelajaran termasuk alat-alat audio visual dan memberikan kesempatan untuk merencanakan kegiatan belajar dengan mempertimbangkan sumber-sumber yang tersedia . Ini tidak berarti bahwa pengajaran berbentuk ceramah ditiadakan. Ini berari bahwa dapat digunakan segala macam metode yang dianggap paling serasi untuk tujuan tertentu.
(2) BBS (belajar berdasarkan sumber) berusaha memberi pengertian kepada murid tentang luas dan aneka ragamnya sumber-sumber informasi yang dapat dimanfaatkan untuk belajar. Sumber-sumber itu berupa sumber dari masyarakat dan lingkungan berupa manusia, museum, organisaisi, dan lain-lain bahan cetakan, perpustakaan, alat, audio-visual ,dan sebagainya. Mereka harus diajarkan teknik melakukan kerja-lapangan, menggunakan perpustakaan, buku referensi, komputer dan internet sehingga mereka lebih percaya akan diri sendiri dalam belajar . Pada era sekarang ini muncul kebutuhan software yang dapat mempermudah dan merperindah tampiran presentasi dalam pengajaran. Kebutuhan ini dapat kita peroleh dari produk program Microsoft Power Point yang merupakan salah satu dari paket Microsoft office. Pogram ini menyediakan banyak fasilitas untuk membuat suatu presentasi.

5. FUNGSI MEDIA PEMBELAJARAN
1. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar – gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial.
2. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena : (a) obyek terlalu besar; (b) obyek terlalu kecil; (c) obyek yang bergerak terlalu lambat; (d) obyek yang bergerak terlalu cepat; (e) obyek yang terlalu kompleks; (f) obyek yang bunyinya terlalu halus; (f) obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik.
3. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya.
4. Media menghasilkan keseragaman pengamatan
5. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.
6. Media membangkitkan keinginan dan minat baru.
7. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.
 8. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak.
6. JENIS MEDIA PEMBELAJARAN
            Sejalan dengan perkembangan IPTEK penggunaan media, baik yang bersifat visual, audial, projected still media maupun projected motion media bisa dilakukan secara bersama dan serempak melalui satu alat saja yang disebut Multi Media. Dewasa ini penggunaan komputer tidak hanya bersifat projected motion media, namun dapat meramu semua jenis media yang bersifat interaktif. Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media, yaitu bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Contoh : bila tujuan atau kompetensi peserta didik bersifat menghafalkan kata-kata tentunya media audio yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atau kompetensi yang dicapai bersifat memahami isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan. Kalau tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas), maka media film dan video bisa digunakan. Di samping itu, terdapat kriteria lainnya yang bersifat melengkapi (komplementer), seperti: biaya, ketepatgunaan; keadaan peserta didik; ketersediaan; dan mutu teknis.Semakin sadarnya orang akan pentingnya media yang membantu pembelajaran sudah mulai dirasakan. Pengelolaan alat bantu pembelajaran sudah sangat dibutuhkan. Bahkan pertumbuhan ini bersifat gradual. Metamorfosis dari perpustakaan yang menekankan pada penyediaan meda cetak, menjadi penyediaan dan permintaan serta pemberian layanan secara multi-sensori dari beragamnya kemampuan individu untuk mencerap informasi, menjadikan pelayanan yang diberikan mutlak wajib bervariatif luas. Selain itu, dengan semakin meluasnya kemajuan di bidang komunikasi dan teknologi serta ditemukannya dinamika proses belajar, maka pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pengajaran semakin menuntut untuk memperoleh media pendidikan yang bervariasi secara luas pula. Karena memang belajar adalah proses internal dalam diri manusia maka guru bukanlah merupakan satu-satunya sumber belajar, melainkan merupakan salah satu komponen dari sumber belajar.
B. MEDIA PEMBEJARAN KETERAMPILAN MENYIMAK
Seringkali masih di jumpai guru masih memakai cara-cara konfensional dalam pembelajaran hal tersebut berakibat menurunya motifasi siswa dalam mempelajari sebuah materi, pada akhirnya pembelajara berjalan monoton dan miskin kreatifitas. Apabila hal tersebut terus-menerus di terapkan kemungkinan pembelajaran bahasa Indonesia Akan kurang di minati oleh siswa, seharusnya kita lebih memanfaatkan media menyimak dengan lebih kreatif supaya lebih memacu kreatifitas dan antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Saat ini penggunaan media masih sangat kurang, hal ini di sebabkan karena guru kurang kreatif dalam mengajar, guru seharusnya dapat menyalurkan informasi tersebut secara lebih kreatif dan lebih jelas agar semaksimal mungkin dapat di serap oleh siswa, media pembelajaran menyimak dengan media rekaman film, monolog dan dialog
Biasanya bila pembelajaran dengan media akan lebih memacu siswa dalam memahami materi karena biasanya para siswa akan lebih cepat menyerap materi tersebut, dengan memanfaatkan media tersebut siswa bisa mendapatkankosakata, gramatika dan pengucapan yang baik sehingga dapat di aplikasikan dalam aktifitas komunikasi sehari-hari di masyarakat.
1.      PENGERTIAN MEDIA MENYIMAK
Pengertian media menyimak adalah sebagai proses kegiatan mendengar lambang-lambang lisan dengan penuh pengertian, pemahaman, dan apresiasi serta informasi, menangkap isi dan memahami makna komunikasi yang disampiakan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan
Adapun cara dalam penyampaian media menyimak seperti yang sudah dijelaskan seperti diatas adalah.
1.      media menyimak dengan menggunakan audio visual,yaitu suatu kegiatan pembelajaran menyimak yang penyampaiannya menggunakan media suara dan gambar. contohnya: pembelajaran dengan menggunakan power point,cerita bergambar dan lain-lain.
2.      media menyimak dengan menggunakan wacana atau bacaan,yaitu suatu kegiatan pembelajaran menyimak yang cara penyampaiannya,dengan menggunakan buku-buku bacaan atau menceritakan sesuatu tanpa disertai dengan gambar yang jelas. Contohnya seorang guru menjelaskan materi dengan ada gambar-gambarnya.
3.      media menyimak yang dilakukan dengan melihat keadaan disekitarnya,yaitu suatu kegiatan pembelajaran dengan cara mengamati keadaan lingkungan sekitar sehingga siswa dapat menyimpulkan sendiri apa makna dari keguatan tersebut.
2. MANFAAT MEDIA PEMBELAJARAN MENYIMAK
·         Mengenalkan berbagai  media pembelajaran menyimak kepada para siswa.
·         Membuat sistem belajar mengajar lebih menarik bagi siswa.
·         Membantu siswa dalam belajar.
·         Melatih siswa supaya siswa belajar dengan sungguh-sungguh.
·         Meningkatkan metode pembelajaran pada siswa.
·         Membantu guru dalam penyampaian materi supaya lebih jelas dan mudah di mengerti
3. CONTOH MEDIA PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENYIMAK
a.  Compact Disk (CD)
Compact disk merupakan media yang sangat penting dalam pembelajaran keterampilan menyimak, karena benda ini dapat diisi dengan beberapa bentuk software sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh guru. Sebagai contoh materi pembelajaran menyimak yang dapat dimasukkan kedalam media ini seperti, film, drama, pidato, iklan, lagu-lagu atau bentuk siaran lain.
b.     Casset Recorder
Casset Recorder merupakan media yang sudah lama digunakan dalam pembelajaran keterampilan menyimak, akan tetapi media ini hanya terbatas untuk materi-materi tertentu tidak se fleksibel compact disk. Kekurangan media ini tidak dapat menampilkan dalam bentuk gambar.
c.      Peragaan
Peragaan merupakan media yang dapat membantu siswa dalam memahami teks yang didengar siswa, disamping itu dapat pula memberikan penguatan terhadap makna yang terkandung dalam teks tersebut. Peragaan yang dimaksud adalah : gerakan badan, isyarat, mimik wajah atau bentuk yang lainnya.
d.     Permainan Bahasa
Ada beberapa permainan bahasa yang dapat digunakan dalam mengajarkan keterampilan menyimak seperti : bisik berantai, perintah bersyarat, siapa yang berbicara, bagaimana saya pergi. 
e.      Gambar Bersambung
Gambar bersambung merupakan kumpulan gambar yang menunjuk satu peristiwa yang utuh. Gambar tersebut bisa dalam bentuk kartu yang terpisah, atau dalam satu lembaran yang utuh. Cara menggunakannya bisa satu satu atau sekaligus ditunjukkan kepada siswa.

C. MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK
Untuk memahami konsep multimedia pembelajaran, ada baiknya kita pahami terlebih dahulu pengertian multimedia dan pembelajaran. Multimedia adalah media yang menggabungkan dua unsur atau lebih media yang terdiri dari teks, grafis, gambar, foto, audio, video dan animasi secara terintegrasi. Multimedia terbagi menjadi dua kategori, yaitu: multimedia linier dan multimedia interaktif. Multimedia linier adalah suatu multimedia yang tidak dilengkapi dengan alat pengontrol apapun yang dapat dioperasikan oleh pengguna. Multimedia ini berjalan sekuensial (berurutan), contohnya: TV dan film. Multimedia interaktif adalah suatu multimedia yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna, sehingga pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya. Contoh multimedia interaktif adalah: multimedia pembelajaran interaktif, aplikasi game, dll. Sedangkan pembelajaran diartikan sebagai proses penciptaan lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Jadi dalam pembelajaran yang utama adalah bagaimana siswa belajar. Belajar dalam pengertian aktifitas mental siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan perilaku yang bersifat relatif konstan. Dengan demikian aspek yang menjadi penting dalam aktifitas belajar adalah lingkungan. Bagaimana lingkungan ini diciptakan dengan menata unsurunsurnya sehingga dapat mengubah perilaku siswa. Dari uraian di atas, apabila kedua konsep tersebut kita gabungkan maka multimedia pembelajaran dapat diartikan sebagai aplikasi multimedia yang digunakan dalam proses pembelajran, dengan kata lain untuk menyalurkan pesan (pengetahuan, keterampilan dan sikap) serta dapat merangsang piliran, perasaan, perhatian dan kemauan yang belajar sehingga secara sengaja proses belajar terjadi, bertujuan dan terkendali.

D. MANFAAT MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK
Apabila multimedia pembelajaran dipilih, dikembangkan dan digunakan secara tepat dan baik, akan memberi manfaat yang sangat besar bagi para guru dan siswa. Secara umum manfaat yang dapat diperoleh adalah proses pembelajaran lebih menarik, lebih interaktif, jumlah waktu mengajar dapat dikurangi, kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan dan prises belajar mengajar dapat dilakukan di mana dan kapan saja, serta sikap belajar siswa dapat ditingkatkan. Manfaat di atas akan diperoleh mengingat terdapat keunggulan dari sebuah multimedia pembelajaran, yaitu: Memperbesar benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh mata, seperti kuman, bakteri, elektron dll. Memperkecil benda yang sangat besar yang tidak mungkin dihadirkan ke sekolah, seperti gajah, rumah, gunung, dll. Menyajikan benda atau peristiwa yang kompleks, rumit dan berlangsung cepat atau lambat, seperti sistem tubuh manusia, bekerjanya suatu mesin, beredarnya planet Mars, berkembangnya bunga dll. Menyajikan benda atau peristiwa yang jauh, seperti bulan, bintang, salju, dll. Menyajikan benda atau peristiwa yang berbahaya, seperti letusan gunung berapi, harimau, racun, dll. Meningkatkan daya tarik dan perhatian siswa. Sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran, pemilihan dan penggunaan multimedia pembelajaran harus memperhatikan karakteristik komponen lain, seperti: tujuan, materi, strategi dan juga evaluasi pembelajaran. Karakteristik multimedia pembelajaran adalah: Memiliki lebih dari satu media yang konvergen, misalnya menggabungkan unsur audio dan visual. Bersifat interaktif, dalam pengertian memiliki kemampuan untuk mengakomodasi respon pengguna. Bersifat mandiri, dalam pengertian memberi kemudahan dan kelengkapan isi sedemikian rupa sehingga pengguna bisa menggunakan tanpa bimbingan orang lain. Selain memenuhi ketiga karakteristik tersebut, multimedia pembelajaran sebaiknya memenuhi fungsi sebagai berikut: Mampu memperkuat respon pengguna secepatnya dan sesering mungkin. Mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengontrol laju kecepatan belajarnya sendiri. Memperhatikan bahwa siswa mengikuti suatu urutan yang koheren dan terkendalikan. Mampu memberikan kesempatan adanya partisipasi dari pengguna dalam bentuk respon, baik berupa jawaban, pemilihan, keputusan, percobaan dan lain-lain.

Aplikasi Program Multimedia Untuk Pembelajaran Menyimak
Untuk pembelajaran menyimak sebenarnya banyak program komputer yang dapat dipergunakan oleh guru atau pendidik. Program yang dimaskud dapat menggunakan aplikasi dalam bentuk mp3, mp4, WAV, midi, MPG atau MPEG. Selain itu dapat pula menggunakan program yang bisa diputar ulang melalui program standar dalam sistem operasi windows misalnya, winamp, jetaudio atau windows media player. Cara lainnya adalah mengolah file-file tersebut dengan pemenggalan atau penggabungan rekaman suara. Dalam hal ini dapat pula dengan cara mengabungkan beberapa unsur atau program di atas dengan menggunakan aplikasi lainnya, misalnya digabungkan dalam aplikasi program microsoft powerpoint atau makromedia flash. Program aplikasi komputer atau multi media yang sangat sederhana dapat digunakan sebagai media pembelajaran menyimak adalah program aplikasi macromedia flash, alasanya karena program ini relatif lebih sederhana dan mendasar sehingga mudah dibuat sendiri tanpa bantuan dari seorang programer khusus. Program macromedia flash sendiri pada dasarnya diperuntukan dalam membuat website internet, tetapi melalui kreatifitas seorang guru dapat pula dipergunakan sebagai dasar untuk aplikasi program interaktif. Selain hal yang diuraikan di atas, adapula program aplikasi multi media yang bahkan lebih sederhana dan dapat dipergunakan oleh guru atau pendidik sebagai media pembelajaran (menyimak) yaitu program microsoft power point. Untuk program yang satu ini sebenarnya sudah sangat terkenal luas di masyarakat. Alsannya karena program ini jauh lebih mudah dalam pemogramannya, relatif lebih efisien dalam hal waktu pembuatan dan mudah pula diterapkan di dalam kelas, terlebih jika sekolah yang bersangkutan memiliki sarana penunjang berupa laboratorium TI atau komputer dan bahasa. Sebagai bahan perkenalan dengan program yang satu ini, maka akan diuraikan aplikasi program microsoft power point di bawah ini. Microsoft power point merupakan bagian dari program microsoft office yang memiliki aplikasi sebagai program presentasi. Program ini adalah salahsatu aplikasi yang ditawarkan oleh microsoft yang memiliki kemampuan dalam menampilkan informasi yang interaktif dengan dilengkapi berbagai effect animasi berupa gambar, grafik bahkan teks sampai movie file. Selain itu dengan menggunakan power point kita dapat merancang dan membuat presentasi yang profesional dengan mudah dan cepat. Yang lebih menarik bahwa program power point ini juga dapat digabungkan dengan aplikasi-aplikasi lainnya, sehingga dapat lebih menarik dan mudah dalam menyampaikan materi-materi pembelajaran termasuk meningkatkan keterampilan menyimak. Bagaimanakah mengaplikasikan program tersebut dalam pembelajaran menyimak? Berikut ini disampaikan beberapa saran dalam menggunakan aplikasi power point untuk kegiatan belajar mengajar keterampilan menyimak. Sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar menyimak dengan menggunakan aplikasi powerpoint, maka seorang guru harus melaksanakan kegiatan awal berupa tahapan persiapan. Dalam tahapan ini guru harus menyiapkan sketsa atau rancangan bahan ajar yang akan disampaikan kepada siswa dengan melalui pengembangan keterampilan menyimak. Misalnya guru akan mengajarkan tentang kemampuan menyimak karya sastra. Setelah ditentukan tujuan pembelajrannya, maka tahap berikutnya adalah guru mempersiapkan contoh naskah karya sastra baik dongeng, puisi, atau pantun. Kemudian guru melakukan rekayasa terhadap naskah tersebut dengan cara merekam dalam program yang tersedia pada power point dengan ditambahkan animasi atau media gambar. Hal ini dimaksudkan agar terjadi proses imajimasi yang relatif lebih tajam dari diri siswa. Selain itu pula dapat membantu menghidupkan alur cerita atau pesan yang terdapat dalam karya sastra tersebut dengan lebih riil atau nyata. Dengan demikian, maka siswa dapat menikmati sekaligus memahami secara baik tentang karya sastra yang diajarkan. 

MEDIA SKRIP
Definisi dari Skrip – Definisi menurut kamus ekabahasa resmi Bahasa Indonesia definisi dari Skrip adalah sebagai berikut. Definisi Kata Skrip Nomina (kata benda)
 (1) naskah (film, drama, dan sebagainya) ; 
  (2) buku tulis 
(3) Bentuk yang paling sederhana dari urutan suatu kejadian yang tersusun dengan baik dari permulaan sampai akhir.
MEDIA NON SKRIP
Media pembelajaran yang tidak berupa naskah, tetapi langsung bisa disimak secara alami 


Referensi:
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_DAERAH/197607312001121-ADE_SUTISNA/MENYIMAK_DAN_MEDIA_PEMBELAJARANNYA.pdf
diakses: pukul 22.03 Sabtu, 19 November 2016