Selamat Datang di Blog-ku

Nan Lamo Takanang Juo

Kamis, 20 Oktober 2011

contoh Karya Ilmiah


TINJAUAN BUDAYA DASAR
NOVEL DEALOVA KARYA DYAN NURANDYA
Oleh: Lira Hayu Afdetis Mana, M.Pd

I. PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Karya sastra selalu menarik untuk dibicarakan karena ia lahir bukan saja untuk menghibur, tetapi juga membawa nilai-nilai yang relevan sebagai bahan pelajaran dan perenungan bagi manusia. Banyak permasalahan yang dapat diungkapkan melalui karya sastra antara lain masalah psikologis, sosiologis, agama dan masalah kebudayaan. Masalah yang ditampilkan itu seirama dengan perkembangan kehidupan sosial masyarakat. Oleh sebab itu, sastrawan mencoba memilih pokok permasalahan yang kemudian dituangkan dalam bentuk karya sastra dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya.
            Keberadaan karya sastra akan memberikan manfaat kepada pembaca dalam menghadapi persoalan-persoalan kehidupan di lingkungan sendiri maupun persoalan-persoalan yang disebabkan oleh intervensi budaya lain. Soemardjo (1988:8) mengemukakan manfaat karya sastra itu, diantaranya; (1) dapat memberikan kebenaran-kebenaran hidup; (2) mampu memberikan kepuasan dan kegembiraan batin; (3) dapat memenuhi naluri manusia yang butuh keindahan; (4) memberikan penghayatan yang mendalam terhadap apa yang diketahui; dan menolong pembaca menjadi manusia yang berbudaya. 
            Adanya kebudayaan menandakan adanya proses berfikir, yang dimotori semangat hidup dan tersimpul dalam pandangan hidup yang dilatarbelakangi oleh lingkungan dan kepercayaan yang dianut oleh suatu masyarakat. Pandangan itu akan mengungkapkan bagaimana manusia mencapai hakekat hidup, kedudukan yang layak ditengah-tengah manusia lain serta menunaikan kewajiban terhadap Tuhan. Semua itu tercermin dari hasil kebudayaan yang dalam hal ini adalah seni sastra (Koentjaraningrat, 1983:29).
            Masalah kebudayaan merupakan tema yang menarik untuk dibicarakan dalam karya sastra. Karya sastra dan kebudayaan  sangat erat kaitannya karena sama-sama menyentuh manusia dalam persoalan yang diungkapkan. Terbentuknya karya sastra tidak terlepas dari pengalaman hidup manusia dalam masyarakat. Karena itu karya sastra bukan semata rekaan tetapi lahir dari realitas kehidupan.
            Novel adalah salah satu hasil kreativitas  manusia. Proses kreativitas manusia itu tidak bertolak dari kekosongan, ada bahan-bahan yang dikumpulkan dalam penciptaan karya sastra yang bersumber dari alam dan kenyataan kehidupan. Menurut Semi (1984:24) Novel merupakan salah satu dari karya sastra yang paling  terkenal dewasa ini. Melalui novel pengarang memberikan alternatif pada manusia untuk menyikapi hidup karena tokoh-tokoh yang ada dalam novel pada umumnya mencerminkan persoalan-persoalan kehidupan manusia. Karena itu penulis tertarik untuk meneliti novel ini lebih mendalam.
            Pada penelitian ini, penulis akan meneliti budaya dasar tokoh yang terdapat dalam novel Dealova karya Dyan Nuranindya. Budaya dasar menurut Mustopo (1993:15) adalah pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah kebudayaan. Sastra dan kebudayaan merupakan kajian dari tema budaya dasar. Oleh sebab itu, sastra dan kebudayaan sangat erat kaitannya karena sama-sama mempersoalkan manusia dan kehidupannya. Tema budaya  dasar membahas persoalan dasar hidup berdasarkan aspek-aspeknya. Menurut Djoko (1994: 38) aspek budaya dasar ada delapan, yakni: (1) manusia dan cinta kasih; (2) manusia dan keindahan; (3) manusia dan penderitaan; (4) manusia dan keadilan; (5) manusia dan pandangan hidup; (6) manusia dan tanggung jawab (7) manusia dan kegelisahan, (8) manusia dan harapan.
            Permasalahan dalam novel Dealova juga sangat menarik untuk diketahui dan diteliti. Banyak permasalahan yang ditampilkan dalam novel Dealova. Salah satunya adalah budaya dasar tokoh yang dominan  terdapat dalam Novel Dealova. Novel ini lebih berbicara tentang realitas dan aspek budaya dasar manusia dan cinta kasih. Lebih cenderung kepada aspek budaya dasar manusia dan harapan. Ini terlihat pada tokoh sentral  yang diberi nama Karra yang ditaksir  oleh anak baru disekolahnya, Dira. Tampang Dira yang sok cool dan sombong membuat Karra benci padanya. Tapi katanya batas antara cinta dan benci sangat tipis, hingga kemudian batas kebencian itu pun berubah menjadi kasih sayang yang abadi.  
            Dalam penelitian ini masalah budaya dasar tokoh terdapat dalam novel Dealova karangan Dyan Nuranindya disoroti secara tajam. Hal ini dilakukan agar dapat menjadi sumbangan pikiran bagi pembaca novel ini. Dyan Nuranindya yang lebih akrab disapa “Dichiel” (Dyan Kecil) lahir di Jakarta, 14 Desember 1985. Baginya menulis merupakan bakat yang kelewat terpendam, tapi ternyata sekarang bakat itu berhasil ia temukan.
           
B.     Fokus yang dibahas
            Fokus masalah penelitian ini adalah budaya dasar tokoh dalam novel Dealova, budaya dasar tokoh yang dominan yang terdapat dalam Dealova.

C.    Tujuan Penelitian
            Tujuan penelitian ini secara umum adalah memenuhi tugas akhir mata kuliah Teori dan Kritik Sastra Prodi bahasa Indonesia Pascasarjana UNP. Kemudian tujuan khususnya yakni mendeskripsikan aspek budaya yang terkandung dalam novel Dealova karya Dyan Nuranindya yang meliputi manusia dan keindahan, manusia dan penderitaan, manusia dan pandangan hidup, manusia dan tanggung jawab, manusia dan kegelisahan, manusia dan harapan.

II. ANALISIS STRUKTUR

Sinopsis Cerita
            Karra, cewek tomboi yang jago main basket ini emang beda. Rambutnya nggak cepak seperti kebanyakan cewek tomboi. Tampangnya manis. Terus, anaknya nyantai banget. Tapi kalo udah marah,wah bisa gawat. Beruntung deh jadi cewek seperti Karra. Selain punya kakak cowok yang sayang banget sama dia-namanya Iraz-teman-teman Iraz juga care banget sama Karra! Terutama Ibel, cowok jago main gitar yang seneng warna biru. Bahkan waktu harus kuliah ke luar negeri, Iraz malah menitipkan Karra pada Ibel. Selama ini Karra menganggap Ibel sebagai kakak, jadi dia cuek aja waktu Ibel menunjukkan perhatian. Karra malah ditaksir Dira. Anak baru di sekolah yang juga jago main basket. Tampang dira yang sok cool tapi sengak bikin Karra sebel banget sama cowok itu. Tapi katanya batas antara cinta dan benci tipis banget. Hingga rasa benci yang ada antara Karra dan Dira berubah menjadi Cinta. Sesuatu tak pernah diduga Karra, ternyata Dira mengindap penyakit kangker Paru-paru. Akhirnya Dira meninggal dunia, meninggalkan Karra ditengah persaan sayangnya begitu mendalam kepada Dira. Setelah berapa lama Karra larut dalam kesedihan, datanglah Ibel memberikan kembali cahaya hidupnya. Ibel menyatakan rasa sayangnya yang telah lama ia pendam kepada Karra. Cinta Ibel pun disambut oleh Karra.


A.    Alur Cerita
            Secara umum diketahui bahwa fiksi mempunyai unsur yang membangun dari dalam fiksi itu sendiri (unsur intrinsik) dan unsur yang mempengaruhi penciptaan fiksi dari luar (unsur ekstrinsik). Menurut Hasanuddin dan Muhardi (2006:25) Unsur ekstrinsik fiksi yang utama adalah pengarang, sedangkan pengaruh lain akan masuk ke dalam fiksi melalui pengarang. Dalam hal ini berarti unsur-unsur yang membangun dari dalam fiksi dipengaruhi oleh unsur-unsur ekstrinsik fiksi itu yakni melalui pengarang. Berdasarkan model pendekatan yang dikemukakan Abrams, maka dalam penelitian ini digunakan pendekatan obyektif (pendekatan yang menitikberatkan karya itu sendiri) dan pendekatan mimetik (pendekatan yang menitikberatkan semesta).
            Alur atau plot merupakan sesuatu yang cukup penting di dalam karya prosa. Berhasil atau tidaknya karya prosa salah satunya ditentukan oleh alur dalam karya tersebut. Alur adalah jalinan peristiwa di dalam karya sastra untuk mencapai efek tertentu. Keterkaitan peristiwa dapat diwujudkan oleh hubungan temporal (waktu) dan oleh hubungan kausal (sebab  akibat). Alur adalah rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan seksama, yang menggerakkan jalan cerita melalui rumitan ke arah klimaks dan penyelesaian. Menurut Ensiklopedi (2000:43) Alur terbagi atas beberapa jenis, yakni: alur bawahan, alur balik, alur buka, alur erat, alur konvensional, alur longgar dan sebagainya.
            Dalam Novel Dealova ini terlihat memakai alur konvensional, karena peristiwa yang disajikan lebih dahulu selalu menjadi penyebab munculnya peristiwa yang hadir sesudahnya. Peristiwa yang muncul kemudian selalu menjadi akibat dari peristiwa yang diceritakan sebelumnya.

B.     Tokoh/ Penokohan
            Dalam hal penokohan termasuk masalah penamaan, pemeranan, keadaan pisik, dan karakter. Menurut Hasanuddin dan Muhardi (2006:30) Bagian-bagian penokohan ini saling berhubungan dalam upaya membagun permasalahan fiksi. Penokohan adalah gambaran watak dan kepribadian yang digambarkan oleh pengarang melalui hasil karya sastranya. Hal ini didukung oleh pendapat Rani (1996:58) yang mengatakan bahwa penokohan merupakan penentuan atau pemilihan tokoh yang dilakukan pengarang dengan meninjau dari segala macam sudut tokoh mulai dari karakter sampai ke bentuk fisik yang hendak dimunculkan. Aminuddin (2002:70) juga mengatakan bahwa penampilan tokoh atau pelaku dalam sebuah cerita dinamakan penokohan.
            Di dalam Novel ini yang menjadi tokoh utama adalah Karra. Watak atau penokohan Karra ialah seorang gadis tomboi yang ramah, memiliki solidaritas yang tinggi, jago main basket, dan tidak mudah percaya kepada laki-laki. Hal itu terlihat dalam cuplikan berikut:
      Meskipun gayanya cuek, Karra ramah banget sama orang. Buktinya, dari tukang bakso sampai tukang es campur di sekitar rumahnya kenal sama dia. Belum lagi hansip kompleks yang ngakunya fans berat Karra, yang kalo setiap Karra lewat selalu menebar senyum Closeup-nya. Karra memang punya solidaritas yang tinggi. (Dyan, 2004:12)
     
            Selain itu Karra sebagai tokoh utama juga memiliki  wajah yang cantik, baik dan agak keras kepala. Terlihat dari pengakuan Ibel dalam cuplikan berikut:
”Emang anaknya kayak gimana?”
Ibel tersenyum. ”Dia cantik, baik, keras kepala.”
”Elo suka sama Dia?” Niki penasaran. (Dyan, 2004:200)

            Di dalam Novel ini juga terdapat tokoh tambahan yang cukup memiliki peran dan berhubungan langsung dengan tokoh utama. Secara sekilas digambarkan sebagai berikut: (1) Iraz (kakak Karra), memiliki watak penyayang, ganteng, agak suka jail dan  berisik (Dyan, 2004:30)  (2) Ibel (sahabat Iraz), memiliki watak penyayang, cenderung pendiam, ganteng dan berpenampilan santai (Dyan, 2004:30, 167) (3) Dira (Anak baru dan Kapten basket di sekolah  Karra yang  nantinya menjadi kekasih Karra), memiliki watak keras kepala, ganteng, cool dan mengindap penyakit kangker paru-paru (Dyan, 2004:37,198, 218).
           
C. Latar
            Latar merupakan salah satu unsur dalam bangunan cerita rekaan (Ensiklopedi, 2000:43). Latar berupa tempat dan waktu kejadian berguna untuk memperkuat tema, menentukan watak tokoh dan membangun suasana cerita. Latar dapat digolongkan atas latar material dan latar sosial. Latar material berkaitan dengan tempat dan waktu bersifat kongkret; sedangkan latar sosial berkaitan dengan situasi / kondisi sosial, ekonomi, politik atau kebudayaan di masa peristiwa itu diceritakan. Dalam corak sastra yang lebih modern, latar kadang-kadang tidak memenuhi fungsi  seperti karya-karya konvensional tadi.
            Di  dalam Novel Dealova ini sangat banyak latar material (latar tempat dan waktu bersifat kongkret) diantaranya: di sekolah/SMU Persada (Dyan, 2004:7), di rumah Karra yaitu di daerah Permata hijau Jakarta. Rumah yang lumayan besar, luasnya kira-kira 400 meter, bentuknya mirip villa  di puncak.  (Dyan, 2004:12) dan di lapangan basket dan di cafĂ© di Plaza Senayan (Dyan, 2004:39). Sedangkan latar sosialnya yakni masyarakat yang hidup ditengah kesibukan lalu lintas kota Jakarta, yang memiliki latar budaya yang cukup maju atau dipengaruhi oleh arus globalisasi. Hal itu dapat dilihat dari kehidupan para tokoh dalam novel Dealova ini, diantaranya dilihat dari cara pergaulan tokoh Karra dan kakaknya Ibel,  kefleksibelan orang tua Karra dan Ibel yang bekerja di New York sebagai diplomat di KBRI dalam memberi kepercayaan terhadap anak-anak mereka untuk tinggal dan sekolah di Jakarta (Dyan, 2004:13).

D. Tema
            Setiap cerita rekaan mempunyai tema. Tema adalah gagasan, ide pokok, atau persoalan yang menjadi dasar cerita Ensiklopedi (2000:812). Tema ini pada umumnya disampaikan secara berangsur-angsur tersembunyi, tidak berterus terang. Tema biasanya dipaparkan secara samar-samar mendasari keseluruhan cerita. Di antara sesama alur, penokohan, dan latar saling berhubungan dan sama-sama berfungsi untuk mengkonklusikan tema dan amanat.
            Tema novel ini adalah Rasa Benci Yang Berubah Menjadi Cinta. Seorang gadis yang awalnya membenci seorang laki-laki, kemudian lama-kelamaan mereka saling mencintai. Memang, jarak antara benci dan cinta sangat tipis. Pada akhirnya pria itu meninggal dunia, karena mengindap penyakit kangker paru-paru.

III. ANALISIS ASPEK
A.    Nilai-nilai Budaya Dasar
            Budaya Dasar Menurut Mustopo (1993:15), adalah pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah kebudayaan. Menurut Jujun (1999: 104), Pengetahuan pada kekakatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk ke dalamnya adalah ilmu. Jadi, ilmu adalah merupakan bagian pengetahuan yang diketahui dari manusia.
            Nilai-nilai budaya merupakan konsep yang menjadi pedoman bagi masyarakat yang berbudaya. Berkaitan dengan hal itu, Koentjaraningrat (1989:194) nilai-nilai budaya adalah konsep mengenai sesuatu yang hidup dalam pikiran sebagian besar dari warga suatu masyarakat mengenai apa yang mereka anggap bernilai, berharga dan penting sehingga berfungsi sebagi pedoman pemberi arah dan orientasi kehidupan warga masyarakat. Nilai-nilai tersebut memberi arah dalam berbagai masalah dasar kehidupan menusia seperti masalah hidup itu sendiri, menyikapi karya, memandang waktu, alam dan manusia lain.

B. Sastra dan Kebudayaan
            Sastra dan Kebudayaan merupakan kajian dari tema budaya dasar. Oleh sebab itu, sastra dan kebudayaan sangat erat kaitannya. Karena sama sama mempersoalkan manusia dan kehidupannya. Sehubungan dengan itu, Atar Semi (1984:5) mengatakan Sastrawan yang kreatif adalah orang yang sanggup menemukan nilai-nilai yang telah ada dalam masyarakat, tidak hanya menciptakan nilai-nilai. Nilai itu dikumpulkan kepada tokoh-tokoh cerita karyanya, yang secara konseptual mengandung nilai-nilai budaya. Semua itu tercermin lewat pandangan hidup, sikap dan perbuatan tokoh utama. Kebudayaan berarti pula seperangkat nilai-nilai yang menjadi  landasan pokok untuk menentukan sikap terhadap dunia luar (Koentjaraningrat, 19839). Jadi, Kebudayaan merupakan seperangkat aturan-aturan yang menjadi pedoman bagi manusia dalam menjalani hidup dan kehidupan.

C. Aspek Budaya Dasar
            Budaya dasar membahas persoalan dasar dalam hidup berdasarkan aspek-aspeknya. Menurut Djoko (1994: 38) aspek budaya dasar ada delapan, yakni:
1)      Manusia dan Cinta Kasih
            Cinta Kasih merupakan karunia Tuhan. Manusia adalah makhluk yang paling mulia di muka bumi ini. Cinta berarti kasih sayang, asmara, sedangkan kasih berarti cinta, sayang, iba hati (Suryadi dalam Thahar, 1999: 42). Dengan demikian cinta kasih dapat dipahami sebagai perasaan atau suasana hati yang cinta kepada sesuatu baik terhadap Tuhan, diri sendiri, maupun sesama makhluk-lainnya.
            Pada novel Dealova karya Dyan, cinta kasih sangat berperan dalam kehidupan manusia, yaitu perekat antara manusia dengan objek yang dicintainya. Cinta kasih menjadi landasan hubungan yang sangat erat antar manusia sehingga terbentukah hubungan yang harmonis. Cinta boleh dibilang telah merupakan bagian hidup manusia. Cinta tidak sekedar pertautan antara unsur-unsur yang telah disebutkan, tetapi lebih luas dari itu ia mempunyai hubungan pengertian dengan konstruk lain, seperti kasih sayang, kemesraan, belas kasihan, ataupun dengan aktvitas pemujaan Djoko (1994: 42). Gambaran tentang cinta kasih tokoh yang ada dalam objek penelitian ini terlihat pada pembagian cinta kasih berikut ini:
a. Kasih Sayang
            Kasih sayang terhadap sesama manusia dalam novel Dealova karya Dyan diwakili oleh:
1) Karra
      Bi Minah memang jago banyak hal. Eh, jangan salah, Bi Minah juga jago banget main sepak bola. Katanya, waktu masih muda, dia sempat jadi pemain terbaik di kampungnya. Makanya Karra sayang banget sama pembantunya yang satu ini. Sebenarnya ada satu lagi kelebihan Bi Minah. Dia cukup terkenal di Pasar. Selain supel, wanita asal Tegal ini juga lucu. (Dyan, 2004: 13)
     
            Dari cuplikan tersebut dapat dilihat walaupun Bi Minah hanya pembantu di rumahnya, Karra tetap menghargai dan menyayangi  Bi Minah. Karra tidak memperlakukan pembantunya dengan kasar, ia malah menganggap Bi Minah/pembantunya sebagai temannya.
2) Iraz
            Selain Karra, tokoh lain yang juga mewakili rasa kasih sayang yang terdapat dalam novel Dealova karya Dyan ini adalah Iraz-kakaknya Ibel.
“Setelah kejadian itu, Manda jadi dikucilin sama cowok-cowok. Ketika itu gue salut banget  sama Iraz. Dia tiba-tiba nembak Manda. Gue tau, dari dulu dia emang udah suka sama Manda, tapi gue salut banget karena dia tetap suka meskipun Manda udah kayak gitu. Dan semenjak Manda jadian sama Iraz, cowok-cowok mulai ngedeketin dia lagi.”
” Tapi Bel, Kok Iraz nggak pernah cerita sama gue ya?”
      ” Itulah hebatnya kakak loe. Dia nggak pernah ngungkit-ngungkit masa lalu Manda ke orang lain.”  (Dyan, 2004: 42)

Dari cuplikan tersebut juga dapat dilihat rasa cinta kasih tokoh Iraz kepada Manda. Walaupun Manda sudah dibenci, dikucilkan oleh teman-temannya di kampus. Tokoh Manda memang seorang wanita murahan yang memiliki banyak kekasih dan mudah gonta-ganti pacar.
3) Ibel
            Tokoh lain yang juga memiliki dan mewakili rasa kasih sayang adalah Ibel. Terlihat dari pengakuan Ibel dalam cuplikan berikut ini:
”Dia juga suka banget makan bakso. Sama kayak elo,” ucap Ibel. ”Gue sayang banget tuh sama dia.” Kata-kata Ibel barusan membuat Niki tersendak. (Dyan, 2004: 200)

4) Dira
            Dira yang menjadi kekasih Karra dalam Novel ini juga memiliki rasa kasih sayang kepada Karra (tokoh utama). Hal itu dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
 ”Kenapa elo takut?” Ucap Dira kemudian tanpa menengok ke arah Karra. Tiba-tiba bibir lembut cewek di sampingnya menyentuh pipinya.
”Karena  gue sayang sama elo...” (Dyan, 2004:198)

b. Kemesraan
            Kemesraan dalam novel Dealova ini diwakili oleh tokoh Dira yang menyukai dan menyayangi Karra. Hal itu dapat dilihat dari kutipan berikut:   
      Akhirnya Dira bereaksi. Ia merengkuh kepala Karra dan merebahkannya ke dadanya. Karra tak berkutik ketika cowok itu mencium rambutnya... (Dyan, 2004:147)

”Heh! Nggak usah sok kege...”
Belum sempat Karra melanjutkan kata-katanya, mendadak ia merasakan tubuhnya seperti terkena aliran listrik. Dadanya bergetar. Karra merasakan sesuatu yang hangat, lembut, dan lembap...mengunci bibirnya. Bibir Dira.(Dyan, 2004: 162)

c. Pemujaan
            Pemujaan adalah perwujudan cinta manusia kepada Tuhan. Menurut Djoko (1994:51) Kecintaan manusia kepada Tuhan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Hal ini, karena pemujaan kepada Tuhan adalah inti, nilai dan makna kehidupan yang sebenarnya. Dalam kehidupan sehari-hari orang menyatakan,”Tuhan telah menggariskan” dan lain sebagainya. Itu semua pertanda orang mengakui kebesaran Tuhan. Terlihat dalam kutipan berikut ini:
Air mata Karra menetes tepat di atas tulisan ”Dira”. Saat itu alam juga ikut merasakan kepedihannya.
Sudah kehendak-Nya. Ada yang datang, ada yang pergi. Ada bersama, dan ada berpisah.
Dari kutipan tersebut di atas dapat dilihat bahwa Tokoh  Karra di dalam Novel Dealova ini mengakui dan melaksanakan cara pemujaannya kepada Tuhan dengan cara pasrah menerima segala cobaan dan Takdir dari Tuhan, setelah kematian kekasih yang disayanginya (Dira). 

2)      Manusia dan Keindahan
            Keindahan yang menjadi nilai-nilai dasar kehidupan manusia adalah keindahan yang menyentuh hal yang mendasar dalam diri manusia, menyentuh unsur spritual, batiniah dalam hati manusia. Hal itu didukung oleh pendapat Aristoteles (Djoko, 1994:61) yang merumuskan bahwa keindahan sebagai sesuatu yang baik dan menyenangkan.  Berikut cuplikan yang mewakili unsur keindahan di dalam novel Dealova:
Angin bukit menerpa wajah seorang cewek yang tengah berdiri di antara deretan pepohonan.
”Dira..ini keren banget!Dari mana elo tau ada tempat kayak gini?” Karra berkata karena takjub melihat keindahan lampu-lampu deretan rumah di kaki bukit. (Dyan, 2004: 163)

Tokoh Karra di ajak tokoh Dira jalan-jalan dan menikmati keindahan alam yang ada di Puncak Bogor. Mereka menatap keindahan lampu-lampu deretan rumah di kaki bukit. Sungguh membuat mereka takjub dan terpesona.

Dira membuat aku sadar, ternyata benci dan cinta memiliki perbedaan yang sangat tipis. Selama ini aku belajar untuk menembus cinta yang hanya didasari hal-hal nyata, yang dapat dilihat atau diraba. Dan ternyata...keindahan sejati bukanlah yang terlihat pada kulit luarnya! (Dyan, 2004: 163)

Dalam bidang Filsafat, istilah nilai estetik atau keindahan seringkali dipakai  suatu benda abstrak yang berarti keberhargaan atau kebaikan (Djoko, 1994:63). Dari cuplikan tersebut juga dapat dilihat sisi keindahan yang dilihat dan dinilai oleh manusia. Namun keindahan yang menyentuh unsur luar atau fisik tidaklah keindahan yang hakiki.

3)      Manusia dan Penderitaan
            Baik dalam Al-Quran maupun dalam kitab suci agama lain banyak surat dan ayat yang menguraikan tentang penderitaan yang dialami manusia, itu merupakan peringatan bagi manusia.  Berbagai kasus penderitaan terdapat dalam kehidupan sesuai dengan liku-liku kehidupan manusia itu sendiri. Dalam kehidupan, penderitaan manusia telah menjadi salah satu gagasan atau tema karya filsafat atau karya seni sepanjang zaman (Djoko, 1994:82).
            Awal mula munculnya penderitaan dalam diri manusia adalah karena ia melakukan  kesalahan terhadap sesuatu yang bersifat normatif. Usaha untuk mengatasi penderitaan itu adalah tidak melakukan penyelewengan, kesalahan dan penyimpangan dari norma-norma, baik norma agama yang digariskan Tuhan maupun norma yang disepakati oleh masyarakat itu sendiri. Namun tak jarang pula penderitaan manusia datang dari orang lain yang merasa dirugikan oleh pihak yang sebenarnya tidak menyadari bahwa ia telah merugikan.
            Dalam novel Dealova, Dira tokoh sentral dalam novel ini mengalami penderitaan yang disebabkan di sekolah barunya itu ada siswa yang nakal mengeroyok dan menganiaya dirinya, terlihat dalam cuplikan berikut:
Karra tampak terkejut.  Matanya melotot. Ternyata dugaannya benar. Aji pasti kesal pada Dira karena ia terpilih menjadi kapten tim basket cowok yang baru. Pantas saja sebelum menemukan Dira terkapar di taman, Karra sempat berpapasan dengan Aji dkk membawa tongkat bisbol. Ternyata...Ya, pasti Aji pelakunya! Pasti Aji dan teman-temannya yang memukuli Dira waktu itu! (Dyan, 2004:149)

Banyak hal sebenarnya yang  bisa menjadi penyebab penderitaan manusia, yakni bencana alam, musibah atau kecelakaan, penindasan, perbudakan dan lain sebagainya. Di dalam Novel Dealova ini, tepatnya cuplikan di atas terlihat bahwa tokoh Dira ditindas atau disiksa badannya oleh Aji dan kawan-kawan.  Selain itu tokoh Dira ini juga cukup menderita dan tersiksa dalam melawan penyakitnya.

4)      Manusia dan Pandangan hidup
            Setiap manusia haruslah mempunyai pandangan hidup, karena pandangan hidup adalah penggerak dan pengukur dari segala aktifitas manusia dalam mewujudkan cita-cita hidupnya. Dengan adanya pandangan hidup yang menjadi pedoman akan membangkitkan daya kreatifitas yang baik untuk mewujudkan manusia yang berbahagia. Pandangan hidup terdiri atas cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup. Menurut  Djoko (1994:126) ada tiga kategori hati manusia untuk mencapai cita-citanya, yakni keras, lunak dan lemah. Dalam novel Dealova ini terlihat pandangan hidup para tokoh dalam menghadapi hidupnya. Diantaranya adalah tokoh Ibel yang memiliki hati yang lunak dalam mencapai cita-cita dan keinginannya untuk mendapatkan kekasih seperti Karra. Ia tetap bersabar dalam menunggu Karra yang memiliki kekasih lain (Dira).
            Gambaran tentang pandangan hidup tokoh yang terdapat dalam objek penelitian ini adalah arti hidup diwakili oleh Karra. Hal itu dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut:
“Gue emang nggak bisa bohong sama diri gue sendiri. Gue nggak bisa bohong kalo gue juga sayang sama elo, Bel...” (Dyan, 2004:298).

Karra yang merasa sudah cukup lama larut dalam kesedihan karena kematian kekasihnya, akhirnya menjalani hubungan dengan Ibel, laki-laki yang memang sudah sejak lama menyukai Karra. Ia menatap hidupnya yang masih terbentang luas di depannya.

5)      Manusia dan Tanggung Jawab
            Tanggung jawab adalah kewajiban melakukan tugas tertentu. Menurut kamus W.S Poerwadarminta dalam Mustopo (1983: 191) tanggung jawab adalah sesuatu yang menjadi kewajiban untuk dilaksanakan atau dibalas. Hampir sejalan dengan itu (Djoko, 1994: 144) menyatakan bahwa tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai  perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
            Manusia yang bertanggung jawab adalah  manusia yang dapat menyatakan dirinya menurut norma umum yang berlaku. Norma umum belum tentu sama dengan norma pribadi, karena apapun yang baik menurut diri sendiri belum tentu diterima orang lain. Tanggung jawab yang tergambar dalam objek penelitian ini adalah tentang kesadaran tokoh yang mengerti dengan tanggung jawabnya. Hal tersebut dialami oleh Karra yang ditolong oleh Dira:
”Hmmm...tingginya hampir sama dengan gue, pake celana basket, rambutnya cepak dikeatasin semua. Tadinya gue pikir anaknya sengak. Tapi ternyata dia baik juga mau nganterin elo.” (Dyan, 2004:66)

Dari cuplikan tersebut terlihat tokoh Dira mau bertanggung jawab mengantarkan Karra yang pingsan setelah Dira yang mengajaknya untuk bermain basket.  Selain itu dalam Novel ini rasa tanggung jawab juga diwakili oleh Iraz-kakak Karra-yang menjaga adiknya dan selalu menjemput Karra sepulang sekolah. Terlihat dalam cuplikan berikut ini:
” Halo...”
” Raz, jemput gue sekarang ya. Panas nih!
” Iya. Tunggu di gerbang, ya...” (Dyan, 2004:38)

6)      Manusia dan Kegelisahan
            Manusia yang hidup adalah manusia yang akrab dengan kegelisahan dan kecemasan, yang sering disebabkan oleh ketidaksamaan idealisme dengan kenyataan hidup yang dialami, seperti ketakutan, kegelisahan, kepanikan, ketidakpastian/kebimbangan. Gambaran tentang kegelisahan yang dialami tokoh dalam objek penelitian ini adalah sebagai berikut:
Sebenarnya Ibel bingung harus ngmong apa lagi sama Karra. Saat itu perasaannya tidak menentu. Selama ini dia memang sayang pada Karra. Tapi dia masih ragu, apakah sayangnya sama seperti  sayangnya Iraz pada Karra, atau.... (Dyan, 2004: 158)
           
            Ibel bingung dengan perasaannya kepada karra, ia gelisah karena selama ini ia sangat menyayangi Karra. Tapi Ia masih ragu apakah perasaan itu sama dengan perasaan dua orang yang beradik kakak atau bersaudara. Di samping itu, gambaran tentang ketakutan malah dialami tokoh dalam objek penelitian ini adalah sebagai berikut:
” Lo nggak tahu betapa takutnya gue saat ngeliat elo pingsan waktu itu. Gue rela lo benci sama gue” (Dyan, 2004: 147)

Dari cuplikan tersebut di atas dapat dilihat bahwa betapa takutnya tokoh Dira di saat ia melihat Karra pingsan ketika mereka main basket.

7) Manusia dan Harapan
            Harapan merupakan suatu keinginan tentang sesuatu hal atau suatu hal terwujud atau didapatkan. Harapan adalah idealisme seseorang di luar realitas yang dihadapinya, dan harapan dapat berupa konsep ideal karena ketidakpuasan terhadap realitas. Setiap manusia mempunyai dan harus berusaha memperjuangkannya, tetapi harapan harus disesuaikan dengan kemampuan dan kenyataan potensi diri sendiri. Harapan bermanfaat bagi kehidupan manusia.
            Gambaran tentang manusia dan harapan terlihat pada tokoh Dira yang memiliki sedikit harapan untuk semangat dalam menjalani kehidupan di sisa-sisa umur karena penyakit kangker paru-parunya itu. Terlihat dari cuplikan berikut ini:
”Kami tahu, mungkin Dira membenci kami karena kami jarang di rumah. Tetapi harapan dan semangat hidupnya tiba-tiba muncul ketika...”
”Ketika apa tante?” tanya Karra.
”Ketika ..Ketika dia ketemu kamu...” (Dyan, 2004:219)

IV.  INTERPRETASI/PEMBAHASAN
            Aspek budaya dasar yang dominan tergambar dalam novel Dealova karya Dyan ada enam. Ketujuh aspek budaya dasar itu diurutkan mulai aspek yang paling dominan. Urutan tersebut adalah: manusia dan cinta kasih, manusia dan keindahan, manusia dan penderitaan, manusia dan kegelisahan,  manusia dan pandangan hidup, manusia dan harapan.
            Hubungan manusia dengan cinta kasih tergambar dalam novel Dealova terbagi dua, yaitu cinta kasih sesama manusia dan kemesraan. Dalam hidup manusia selalu menggantungkan diri kepada manusia lain, bahkan tidak pernah ada manusia yang hidup tanpa orang lain. Akibat dari sikap ketergantungan sesama manusia akan melahirkan sikap tolong-menolong. Yang mendasari sikap tolong menolong itu adalah keikhlasan, bukan karena suatu keterpaksaan. Cinta  kasih antara sesama manusia dalam novel Dealova ini terlihat pada Tokoh Karra, yang ditolong oleh Dira ketika ia pingsan, ditolong oleh Ibel untuk menjemputnya sepulang sekolah dan sebagainya.
      Hubungan manusia dan keindahan terlihat pada tokoh Karra di ajak tokoh Dira jalan-jalan dan menikmati keindahan alam yang ada di Puncak Bogor. Mereka menatap keindahan lampu-lampu deretan rumah di kaki bukit. Sungguh membuat mereka takjub dan terpesona. Selain itu tokoh Karra juga melihat keindahan dari dalam hati Dira. Kebaikan Dira kepadanya adalah keindahan yang luar biasa yang pernah ia rasakan. Maka dapat dilihat sisi keindahan yang dilihat dan dinilai oleh manusia. Namun keindahan yang menyentuh unsur luar atau fisik tidaklah keindahan yang hakiki.
Hubungan manusia dengan pandangan hidup dalam novel Dealova ini terlihat pandangan hidup para tokoh dalam menghadapi hidupnya. Diantaranya adalah tokoh Ibel yang memiliki hati yang lunak dalam mencapai cita-cita dan keinginannya untuk mendapatkan kekasih seperti Karra. Ia tetap bersabar dalam menunggu Karra yang memiliki kekasih lain (Dira). Karra juga memiliki pandangan hidup yang tidak sempit. Setelah kekasihnya -Dira- meninggal dunia ia menjalani hubungan dengan Ibel, laki-laki yang memang sudah sejak lama menyukai Karra. Ia menatap hidupnya yang masih terbentang luas di depannya.
      Hubungan manusia dengan penderitaan dapat dilihat pada tokoh Dira. Dalam novel Dealova, Dira tokoh sentral dalam novel ini mengalami penderitaan yang disebabkan di sekolah barunya itu ada siswa yang nakal mengeroyok dan menganiaya dirinya. Banyak hal sebenarnya yang  bisa menjadi penyebab penderitaan manusia, yakni bencana alam, musibah atau kecelakaan, penindasan, perbudakan dan lain sebagainya. Di dalam Novel Dealova ini, tepatnya cuplikan di atas terlihat bahwa tokoh Dira ditindas atau disiksa badannya oleh Aji dan kawan-kawan.  Selain itu tokoh Dira ini juga cukup menderita dan tersiksa dalam melawan penyakitnya.
      Hubungan manusia dengan tanggung jawab terlihat dari tokoh Dira dan Iraz. Dira mau bertanggung jawab mengantarkan Karra yang pingsan setelah Dira yang mengajaknya untuk bermain basket.  Selain itu dalam Novel ini rasa tanggung jawab juga diwakili oleh Iraz-kakak Karra-yang menjaga adiknya dan selalu menjemput Karra sepulang sekolah.
      Hubungan manusia dengan kegelisahan terlihat pada tokoh Ibel yang bingung dengan perasaannya kepada karra, ia gelisah karena selama ini ia sangat menyayangi Karra. Tapi Ia masih ragu apakah perasaan itu sama dengan perasaan dua orang yang beradik kakak atau bersaudara. Di samping itu rasa takut juga dialami Dira ketika melihat Karra pingsan.
      Hubungan manusia dan harapan terlihat pada tokoh karra yang memiliki sedikit harapan untuk semangat dalam menjalani kehidupan di sisa-sisa umur karena penyakit kangker paru-parunya itu.

A.    Makna yang Terkandung di dalam Struktur Sehubungan dengan Aspek
            Novel ini mencitrakan atau merefleksikan tentang kehidupan yang tidak bisa ditebak. Kadang bisa benci terhadap sesuatu/seseorang, kadang juga bisa menjadi sayang. Pertemuan, jodoh, maut,  rezeki semua telah ditentukan oleh Tuhan. Kita sebagai manusia hanya bisa berikhtiar dan berusaha. Hal itu dapat terlihat pada Karra yang semulanya sangat membenci Dira bisa berubah menjadi cinta, ketika maut menjemput Dira, dan ketika cinta Ibel disambut kembali oleh Karra. Walaupun Karra telah menjadi kekasih Dira, tapi Ibel tetap menunggu dengan setia dan terus berusaha dan berikhtiar untuk mendapatkan cinta Karra.

B.     Amanat/Pesan
            Dari Novel Dealova ini cukup banyak amanat/pesan yang dapat diambil. Diantaranya jangan terlalu membenci sesuatu, karena kebencian itu bisa berbalik arah menjadi cinta. Terlihat dari kehidupan peran utama Karra yang awalnya sering bertengkar dan membenci Dira. Tapi lama-kelamaan rasa benci itu berubah menjadi cinta. Amanat/pesan lain yang terdapat dalam  novel Dealova adalah Jangan menyesali apa yang telah terjadi, Jangan menyesali cobaan apa pun yang menimpa kita, karena semua cobaan itu telah digariskan dan ditentukan oleh Allah SWT. Terlihat pada cuplikan berikut:
      ”Jangan pernah nyesel sama apa yang udah terjadi (Dyan, 2004:284).” Iraz  terlihat lebih dewasa semenjak balik dari New York.


V. SIMPULAN
            Berdasarkan deskripsi data penelitian ini terhadap aspek budaya dasar  novel Dealova karya Dyan, dapat diambil kesimpulan bahwa dari delapan aspek budaya dasar yaitu aspek (1) manusia dan cinta kasih; (2) manusia dan keindahan; (3) manusia dan penderitaan; (4) manusia dan keadilan; (5) manusia dan pandangan hidup; (6) manusia dan tanggung jawab (7) manusia dan kegelisahan, (8) manusia dan harapan. Dalam novel Dealova ini hanya tergambar tujuh aspek yakni sebagai berikut:
                  1.      Manusia dan Cinta Kasih
Dalam novel Dealova karya Dyan tergambar lebih umum atau universal yaitu lebih mencintai sesama.
                  2.      Manusia dan Keindahan
         Keindahan yang dialami dan direfleksikan oleh tokoh dalam novel Dealova ini tidak hanya dilihat dari sisi luar atau fisik saja, tapi juga sisi yang lebih mendalam dan hakiki.
                  3.      Manusia dan Penderitaan
         Penderitaan yang dialami oleh tokoh dalam novel ini dihadapi dan dijalani dengan tabah. Ia mengambil sisi positif dan hikmah dari kejadian yang dialaminya.
                  4.      Manusia dan Pandangan Hidup
         Pandangan hidup dalam novel Dealova sangat baik karena tokoh telah mengerti arti kehidupan yang sebenarnya.
                  5.      Manusia dan Tanggung Jawab
            Umumnya tokoh yang ada dalam novel Dealova mempunyai tanggung jawab yang baik.
                  6.      Manusia dan Kegelisahan
            Kegelisahan yang digambarkan dalam novel Dealova karya Dyan beragam dan cukup menantang. Namun hal-hal yang ditakutkan itu dapat diatasi dengan baik
                  7.      Manusia dan Harapan
Harapan yang tergambar dalam novel Dealova ini merupakan harapan manusia untuk dapat menjalani hidup ditengah penderitaannya karena mengindap penyakit yang mematikan.

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Atar Semi. 1988. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa.

Dyan Nuranindya. 2005. Dealova. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Djoko Widagdho, dkk. 1994. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasanuddin, WS. dkk. 2004. Ensiklopedi Sastra Indonesia. Bandung: Titian Ilmu.

Koentjoroningrat. 1983. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia,

Muhardi dan Hasanuddin WS. 2006. Prosedur Analisis Fiksi: Kajian Strukturalisme. Padang: Citra Budaya Indonesia.

Mustopo, M. Habib. 1993. Ilmu Budaya Dasar. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional.

Supratman Abdul Rani. 1996. Ikhtisar Sastra Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.

Jujun Suriasumantri. 1996. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Jaya.

Soemardjo J dan Saini KM. 1988. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar