TINJAUAN BUDAYA DASAR
NOVEL DEALOVA KARYA DYAN NURANDYA
Oleh: Lira Hayu Afdetis Mana, M.Pd
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karya
sastra selalu menarik untuk dibicarakan karena ia lahir bukan saja untuk
menghibur, tetapi juga membawa nilai-nilai yang relevan sebagai bahan pelajaran
dan perenungan bagi manusia. Banyak permasalahan yang dapat diungkapkan melalui
karya sastra antara lain masalah psikologis, sosiologis, agama dan masalah
kebudayaan. Masalah yang ditampilkan itu seirama dengan perkembangan kehidupan
sosial masyarakat. Oleh sebab itu, sastrawan mencoba memilih pokok permasalahan
yang kemudian dituangkan dalam bentuk karya sastra dengan menggunakan bahasa
sebagai mediumnya.
Keberadaan karya sastra akan
memberikan manfaat kepada pembaca dalam menghadapi persoalan-persoalan
kehidupan di lingkungan sendiri maupun persoalan-persoalan yang disebabkan oleh
intervensi budaya lain. Soemardjo (1988:8) mengemukakan manfaat karya sastra
itu, diantaranya; (1) dapat memberikan kebenaran-kebenaran hidup; (2) mampu
memberikan kepuasan dan kegembiraan batin; (3) dapat memenuhi naluri manusia
yang butuh keindahan; (4) memberikan penghayatan yang mendalam terhadap apa
yang diketahui; dan menolong pembaca menjadi manusia yang berbudaya.
Adanya kebudayaan menandakan adanya
proses berfikir, yang dimotori semangat hidup dan tersimpul dalam pandangan
hidup yang dilatarbelakangi oleh lingkungan dan kepercayaan yang dianut oleh
suatu masyarakat. Pandangan itu akan mengungkapkan bagaimana manusia mencapai
hakekat hidup, kedudukan yang layak ditengah-tengah manusia lain serta
menunaikan kewajiban terhadap Tuhan. Semua itu tercermin dari hasil kebudayaan
yang dalam hal ini adalah seni sastra (Koentjaraningrat, 1983:29).
Masalah
kebudayaan merupakan tema yang menarik untuk dibicarakan dalam karya sastra.
Karya sastra dan kebudayaan sangat erat
kaitannya karena sama-sama menyentuh manusia dalam persoalan yang diungkapkan.
Terbentuknya karya sastra tidak terlepas dari pengalaman hidup manusia dalam
masyarakat. Karena itu karya sastra bukan semata rekaan tetapi lahir dari
realitas kehidupan.
Novel adalah salah satu hasil
kreativitas manusia. Proses kreativitas
manusia itu tidak bertolak dari kekosongan, ada bahan-bahan yang dikumpulkan
dalam penciptaan karya sastra yang bersumber dari alam dan kenyataan kehidupan.
Menurut Semi (1984:24) Novel merupakan salah satu dari karya sastra yang
paling terkenal dewasa ini. Melalui
novel pengarang memberikan alternatif pada manusia untuk menyikapi hidup karena
tokoh-tokoh yang ada dalam novel pada umumnya mencerminkan persoalan-persoalan
kehidupan manusia. Karena itu penulis tertarik untuk meneliti novel ini lebih mendalam.
Pada penelitian ini, penulis akan
meneliti budaya dasar tokoh yang terdapat dalam novel Dealova karya Dyan
Nuranindya. Budaya dasar menurut Mustopo (1993:15) adalah pengetahuan yang
diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang
konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah kebudayaan.
Sastra dan kebudayaan merupakan kajian dari tema budaya dasar. Oleh sebab itu,
sastra dan kebudayaan sangat erat kaitannya karena sama-sama mempersoalkan
manusia dan kehidupannya. Tema budaya
dasar membahas persoalan dasar hidup berdasarkan aspek-aspeknya. Menurut
Djoko (1994: 38) aspek budaya dasar ada delapan, yakni: (1) manusia dan cinta
kasih; (2) manusia dan keindahan; (3) manusia dan penderitaan; (4) manusia dan
keadilan; (5) manusia dan pandangan hidup; (6) manusia dan tanggung jawab (7)
manusia dan kegelisahan, (8) manusia dan harapan.
Permasalahan dalam novel Dealova
juga sangat menarik untuk diketahui dan diteliti. Banyak permasalahan yang
ditampilkan dalam novel Dealova. Salah satunya adalah budaya dasar tokoh yang
dominan terdapat dalam Novel Dealova.
Novel ini lebih berbicara tentang realitas dan aspek budaya dasar manusia dan
cinta kasih. Lebih cenderung kepada aspek budaya dasar manusia dan harapan. Ini
terlihat pada tokoh sentral yang diberi
nama Karra yang ditaksir oleh anak baru
disekolahnya, Dira. Tampang Dira yang sok cool
dan sombong membuat Karra benci padanya. Tapi katanya batas antara cinta dan
benci sangat tipis, hingga kemudian batas kebencian itu pun berubah menjadi
kasih sayang yang abadi.
Dalam penelitian ini masalah budaya
dasar tokoh terdapat dalam novel Dealova karangan Dyan Nuranindya disoroti
secara tajam. Hal ini dilakukan agar dapat menjadi sumbangan pikiran bagi
pembaca novel ini. Dyan Nuranindya yang lebih akrab disapa “Dichiel” (Dyan
Kecil) lahir di Jakarta,
14 Desember 1985. Baginya menulis merupakan bakat yang kelewat terpendam, tapi
ternyata sekarang bakat itu berhasil ia temukan.
B. Fokus yang dibahas
Fokus
masalah penelitian ini adalah budaya dasar tokoh dalam novel Dealova, budaya
dasar tokoh yang dominan yang terdapat dalam Dealova.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian ini secara umum adalah memenuhi tugas akhir mata kuliah Teori dan
Kritik Sastra Prodi bahasa Indonesia Pascasarjana UNP. Kemudian tujuan
khususnya yakni mendeskripsikan aspek budaya yang terkandung dalam novel
Dealova karya Dyan Nuranindya yang meliputi manusia dan keindahan, manusia dan
penderitaan, manusia dan pandangan hidup, manusia dan tanggung jawab, manusia
dan kegelisahan, manusia dan harapan.
II. ANALISIS STRUKTUR
Sinopsis Cerita
Karra, cewek tomboi yang jago main basket ini
emang beda. Rambutnya nggak cepak seperti kebanyakan cewek tomboi. Tampangnya
manis. Terus, anaknya nyantai banget. Tapi kalo udah marah,wah bisa gawat.
Beruntung deh jadi cewek seperti Karra. Selain punya kakak cowok yang sayang
banget sama dia-namanya Iraz-teman-teman Iraz juga care banget sama Karra! Terutama Ibel, cowok jago main gitar yang
seneng warna biru. Bahkan waktu harus kuliah ke luar negeri, Iraz malah
menitipkan Karra pada Ibel. Selama ini Karra menganggap Ibel sebagai kakak,
jadi dia cuek aja waktu Ibel menunjukkan perhatian. Karra malah ditaksir Dira.
Anak baru di sekolah yang juga jago main basket. Tampang dira yang sok cool
tapi sengak bikin Karra sebel banget
sama cowok itu. Tapi katanya batas antara cinta dan benci tipis banget. Hingga
rasa benci yang ada antara Karra dan Dira berubah menjadi Cinta. Sesuatu tak
pernah diduga Karra, ternyata Dira mengindap penyakit kangker Paru-paru.
Akhirnya Dira meninggal dunia, meninggalkan Karra ditengah persaan sayangnya
begitu mendalam kepada Dira. Setelah berapa lama Karra larut dalam kesedihan,
datanglah Ibel memberikan kembali cahaya hidupnya. Ibel menyatakan rasa
sayangnya yang telah lama ia pendam kepada Karra. Cinta Ibel pun disambut oleh
Karra.
A. Alur Cerita
Secara umum diketahui bahwa fiksi
mempunyai unsur yang membangun dari dalam fiksi itu sendiri (unsur intrinsik)
dan unsur yang mempengaruhi penciptaan fiksi dari luar (unsur ekstrinsik).
Menurut Hasanuddin dan Muhardi (2006:25) Unsur ekstrinsik fiksi yang utama
adalah pengarang, sedangkan pengaruh lain akan masuk ke dalam fiksi melalui
pengarang. Dalam hal ini berarti unsur-unsur yang membangun dari dalam fiksi
dipengaruhi oleh unsur-unsur ekstrinsik fiksi itu yakni melalui pengarang.
Berdasarkan model pendekatan yang dikemukakan Abrams, maka dalam penelitian ini
digunakan pendekatan obyektif (pendekatan yang menitikberatkan karya itu
sendiri) dan pendekatan mimetik (pendekatan yang menitikberatkan semesta).
Alur
atau plot merupakan sesuatu yang cukup penting di dalam karya prosa. Berhasil
atau tidaknya karya prosa salah satunya ditentukan oleh alur dalam karya
tersebut. Alur adalah jalinan peristiwa di dalam karya sastra untuk mencapai
efek tertentu. Keterkaitan peristiwa dapat diwujudkan oleh hubungan temporal
(waktu) dan oleh hubungan kausal (sebab
akibat). Alur adalah rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan
seksama, yang menggerakkan jalan cerita melalui rumitan ke arah klimaks dan
penyelesaian. Menurut Ensiklopedi (2000:43) Alur terbagi atas beberapa jenis,
yakni: alur bawahan, alur balik, alur buka, alur erat, alur konvensional, alur
longgar dan sebagainya.
Dalam Novel Dealova ini terlihat
memakai alur konvensional, karena peristiwa yang disajikan lebih dahulu selalu
menjadi penyebab munculnya peristiwa yang hadir sesudahnya. Peristiwa yang muncul
kemudian selalu menjadi akibat dari peristiwa yang diceritakan sebelumnya.
B. Tokoh/ Penokohan
Dalam
hal penokohan termasuk masalah penamaan, pemeranan, keadaan pisik, dan
karakter. Menurut Hasanuddin dan Muhardi (2006:30) Bagian-bagian penokohan ini saling
berhubungan dalam upaya membagun permasalahan fiksi. Penokohan adalah gambaran
watak dan kepribadian yang digambarkan oleh pengarang melalui hasil karya
sastranya. Hal ini didukung oleh pendapat Rani (1996:58) yang mengatakan bahwa
penokohan merupakan penentuan atau pemilihan tokoh yang dilakukan pengarang
dengan meninjau dari segala macam sudut tokoh mulai dari karakter sampai ke
bentuk fisik yang hendak dimunculkan. Aminuddin (2002:70) juga mengatakan bahwa
penampilan tokoh atau pelaku dalam sebuah cerita dinamakan penokohan.
Di dalam Novel ini yang menjadi
tokoh utama adalah Karra. Watak atau penokohan Karra ialah seorang gadis tomboi
yang ramah, memiliki solidaritas yang tinggi, jago main basket, dan tidak mudah
percaya kepada laki-laki. Hal itu terlihat dalam cuplikan berikut:
Meskipun gayanya cuek, Karra ramah banget sama
orang. Buktinya, dari tukang bakso sampai tukang es campur di sekitar rumahnya
kenal sama dia. Belum lagi hansip kompleks yang ngakunya fans berat Karra, yang
kalo setiap Karra lewat selalu menebar senyum Closeup-nya. Karra memang punya
solidaritas yang tinggi. (Dyan, 2004:12)
Selain
itu Karra sebagai tokoh utama juga memiliki
wajah yang cantik, baik dan agak keras kepala. Terlihat dari pengakuan
Ibel dalam cuplikan berikut:
”Emang anaknya kayak gimana?”
Ibel tersenyum. ”Dia cantik, baik, keras kepala.”
”Elo suka sama Dia?” Niki penasaran. (Dyan, 2004:200)
Di dalam Novel ini juga terdapat tokoh
tambahan yang cukup memiliki peran dan berhubungan langsung dengan tokoh utama.
Secara sekilas digambarkan sebagai berikut: (1) Iraz (kakak Karra), memiliki
watak penyayang, ganteng, agak suka jail dan
berisik (Dyan, 2004:30) (2) Ibel
(sahabat Iraz), memiliki watak penyayang, cenderung pendiam, ganteng dan
berpenampilan santai (Dyan, 2004:30, 167) (3) Dira (Anak baru dan Kapten basket
di sekolah Karra yang nantinya menjadi kekasih Karra), memiliki
watak keras kepala, ganteng, cool dan
mengindap penyakit kangker paru-paru (Dyan,
2004:37,198, 218).
C. Latar
Latar merupakan salah satu unsur dalam bangunan cerita
rekaan (Ensiklopedi, 2000:43). Latar berupa tempat dan waktu kejadian
berguna untuk memperkuat tema, menentukan watak tokoh dan membangun suasana
cerita. Latar dapat digolongkan atas latar material dan latar sosial. Latar
material berkaitan dengan tempat dan waktu bersifat kongkret; sedangkan latar
sosial berkaitan dengan situasi / kondisi sosial, ekonomi, politik atau
kebudayaan di masa peristiwa itu diceritakan. Dalam corak sastra yang lebih
modern, latar kadang-kadang tidak memenuhi fungsi seperti karya-karya konvensional tadi.
Di
dalam Novel Dealova ini sangat banyak latar material (latar tempat dan
waktu bersifat kongkret) diantaranya: di sekolah/SMU Persada (Dyan, 2004:7), di
rumah Karra yaitu di daerah Permata hijau Jakarta.
Rumah yang lumayan besar, luasnya kira-kira 400 meter, bentuknya mirip
villa di puncak. (Dyan, 2004:12) dan di lapangan basket dan di
café di Plaza Senayan (Dyan, 2004:39). Sedangkan latar sosialnya yakni
masyarakat yang hidup ditengah kesibukan lalu lintas kota Jakarta,
yang memiliki latar budaya yang cukup maju atau dipengaruhi oleh arus
globalisasi. Hal itu dapat dilihat dari kehidupan para tokoh dalam novel
Dealova ini, diantaranya dilihat dari cara pergaulan tokoh Karra dan kakaknya
Ibel, kefleksibelan orang tua Karra dan
Ibel yang bekerja di New York sebagai diplomat di KBRI dalam memberi
kepercayaan terhadap anak-anak mereka untuk tinggal dan sekolah di Jakarta
(Dyan, 2004:13).
D. Tema
Setiap
cerita rekaan mempunyai tema. Tema adalah gagasan, ide pokok, atau persoalan
yang menjadi dasar cerita Ensiklopedi (2000:812). Tema ini pada umumnya
disampaikan secara berangsur-angsur tersembunyi, tidak berterus terang. Tema
biasanya dipaparkan secara samar-samar mendasari keseluruhan cerita. Di antara
sesama alur, penokohan, dan latar saling berhubungan dan sama-sama berfungsi
untuk mengkonklusikan tema dan amanat.
Tema
novel ini adalah Rasa Benci Yang Berubah
Menjadi Cinta. Seorang gadis yang awalnya membenci seorang laki-laki,
kemudian lama-kelamaan mereka saling mencintai. Memang, jarak antara benci dan
cinta sangat tipis. Pada akhirnya pria itu meninggal dunia, karena mengindap
penyakit kangker paru-paru.
III. ANALISIS ASPEK
A. Nilai-nilai Budaya Dasar
Budaya
Dasar Menurut Mustopo (1993:15), adalah pengetahuan yang diharapkan dapat
memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang
dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah kebudayaan. Menurut Jujun (1999:
104), Pengetahuan pada kekakatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui
tentang suatu objek tertentu, termasuk ke dalamnya adalah ilmu. Jadi, ilmu
adalah merupakan bagian pengetahuan yang diketahui dari manusia.
Nilai-nilai budaya merupakan konsep
yang menjadi pedoman bagi masyarakat yang berbudaya. Berkaitan dengan hal itu,
Koentjaraningrat (1989:194) nilai-nilai budaya adalah konsep mengenai sesuatu
yang hidup dalam pikiran sebagian besar dari warga suatu masyarakat mengenai
apa yang mereka anggap bernilai, berharga dan penting sehingga berfungsi sebagi
pedoman pemberi arah dan orientasi kehidupan warga masyarakat. Nilai-nilai
tersebut memberi arah dalam berbagai masalah dasar kehidupan menusia seperti
masalah hidup itu sendiri, menyikapi karya, memandang waktu, alam dan manusia
lain.
B. Sastra dan Kebudayaan
Sastra
dan Kebudayaan merupakan kajian dari tema budaya dasar. Oleh sebab itu, sastra
dan kebudayaan sangat erat kaitannya. Karena sama sama mempersoalkan manusia dan kehidupannya. Sehubungan dengan
itu, Atar Semi (1984:5) mengatakan Sastrawan yang kreatif adalah orang yang
sanggup menemukan nilai-nilai yang telah ada dalam masyarakat, tidak hanya
menciptakan nilai-nilai. Nilai itu dikumpulkan kepada tokoh-tokoh cerita
karyanya, yang secara konseptual mengandung nilai-nilai budaya. Semua itu
tercermin lewat pandangan hidup, sikap dan perbuatan tokoh utama. Kebudayaan
berarti pula seperangkat nilai-nilai yang menjadi landasan pokok untuk menentukan sikap
terhadap dunia luar (Koentjaraningrat, 19839). Jadi, Kebudayaan merupakan
seperangkat aturan-aturan yang menjadi pedoman bagi manusia dalam menjalani
hidup dan kehidupan.
C. Aspek Budaya Dasar
Budaya dasar membahas persoalan dasar dalam hidup
berdasarkan aspek-aspeknya. Menurut Djoko (1994: 38) aspek budaya dasar ada
delapan, yakni:
1)
Manusia dan Cinta Kasih
Cinta
Kasih merupakan karunia Tuhan. Manusia adalah makhluk yang paling mulia di muka bumi ini. Cinta berarti
kasih sayang, asmara, sedangkan kasih berarti cinta, sayang, iba hati (Suryadi
dalam Thahar, 1999: 42). Dengan demikian cinta kasih dapat dipahami sebagai
perasaan atau suasana hati yang cinta kepada sesuatu baik terhadap Tuhan, diri
sendiri, maupun sesama makhluk-lainnya.
Pada
novel Dealova karya Dyan, cinta kasih sangat berperan dalam kehidupan manusia,
yaitu perekat antara manusia dengan objek yang dicintainya. Cinta kasih menjadi landasan hubungan yang
sangat erat antar manusia sehingga terbentukah hubungan yang harmonis. Cinta
boleh dibilang telah merupakan bagian hidup manusia. Cinta tidak sekedar
pertautan antara unsur-unsur yang telah disebutkan, tetapi lebih luas dari itu
ia mempunyai hubungan pengertian dengan konstruk lain, seperti kasih sayang,
kemesraan, belas kasihan, ataupun dengan aktvitas pemujaan Djoko (1994: 42). Gambaran
tentang cinta kasih tokoh yang ada dalam objek penelitian ini terlihat pada
pembagian cinta kasih berikut ini:
a. Kasih Sayang
Kasih
sayang terhadap sesama manusia dalam novel Dealova karya Dyan diwakili oleh:
1)
Karra
Bi
Minah memang jago banyak hal. Eh, jangan salah, Bi Minah juga jago banget main
sepak bola. Katanya, waktu masih muda, dia sempat jadi pemain terbaik di
kampungnya. Makanya Karra sayang banget sama pembantunya yang satu ini.
Sebenarnya ada satu lagi kelebihan Bi Minah. Dia cukup terkenal di Pasar. Selain supel, wanita
asal Tegal ini juga lucu. (Dyan, 2004: 13)
Dari
cuplikan tersebut dapat dilihat walaupun Bi Minah hanya pembantu di rumahnya,
Karra tetap menghargai dan menyayangi Bi
Minah. Karra tidak memperlakukan pembantunya dengan kasar, ia malah menganggap
Bi Minah/pembantunya sebagai temannya.
2) Iraz
Selain
Karra, tokoh lain yang juga mewakili rasa kasih sayang yang terdapat dalam
novel Dealova karya Dyan ini adalah Iraz-kakaknya Ibel.
“Setelah kejadian itu, Manda jadi dikucilin sama
cowok-cowok. Ketika itu gue
salut banget sama Iraz. Dia tiba-tiba
nembak Manda. Gue tau, dari dulu dia emang udah suka sama Manda, tapi gue salut
banget karena dia tetap suka meskipun Manda udah kayak gitu. Dan semenjak Manda
jadian sama Iraz, cowok-cowok mulai ngedeketin dia lagi.”
” Tapi Bel, Kok Iraz nggak pernah cerita sama gue
ya?”
”
Itulah hebatnya kakak loe. Dia nggak pernah ngungkit-ngungkit masa lalu Manda
ke orang lain.” (Dyan, 2004: 42)
Dari cuplikan tersebut juga
dapat dilihat rasa cinta kasih tokoh Iraz kepada Manda. Walaupun Manda sudah
dibenci, dikucilkan oleh teman-temannya di kampus. Tokoh Manda memang seorang
wanita murahan yang memiliki banyak kekasih dan mudah gonta-ganti pacar.
3)
Ibel
Tokoh
lain yang juga memiliki dan mewakili rasa kasih sayang adalah Ibel. Terlihat
dari pengakuan Ibel dalam cuplikan berikut ini:
”Dia juga suka banget makan bakso. Sama kayak
elo,” ucap Ibel. ”Gue sayang banget tuh sama dia.” Kata-kata Ibel barusan
membuat Niki tersendak. (Dyan, 2004: 200)
4)
Dira
Dira
yang menjadi kekasih Karra dalam Novel ini juga memiliki rasa kasih sayang
kepada Karra (tokoh utama). Hal itu dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
”Kenapa elo
takut?” Ucap Dira kemudian tanpa menengok ke arah Karra. Tiba-tiba bibir lembut
cewek di sampingnya menyentuh pipinya.
”Karena gue
sayang sama elo...” (Dyan, 2004:198)
b. Kemesraan
Kemesraan
dalam novel Dealova ini diwakili oleh tokoh Dira yang menyukai dan menyayangi
Karra. Hal itu dapat dilihat dari kutipan berikut:
Akhirnya Dira bereaksi. Ia merengkuh
kepala Karra dan merebahkannya ke dadanya. Karra tak berkutik ketika cowok itu
mencium rambutnya... (Dyan, 2004:147)
”Heh! Nggak usah sok kege...”
Belum sempat Karra melanjutkan
kata-katanya, mendadak ia merasakan tubuhnya seperti terkena aliran listrik.
Dadanya bergetar. Karra merasakan sesuatu yang hangat, lembut, dan
lembap...mengunci bibirnya. Bibir Dira.(Dyan, 2004: 162)
c. Pemujaan
Pemujaan adalah perwujudan cinta
manusia kepada Tuhan. Menurut Djoko (1994:51) Kecintaan manusia kepada Tuhan
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Hal ini, karena pemujaan kepada
Tuhan adalah inti, nilai dan makna kehidupan yang sebenarnya. Dalam kehidupan
sehari-hari orang menyatakan,”Tuhan telah menggariskan” dan lain sebagainya.
Itu semua pertanda orang mengakui kebesaran Tuhan. Terlihat dalam kutipan
berikut ini:
Air mata Karra menetes tepat di atas
tulisan ”Dira”. Saat itu alam juga ikut merasakan kepedihannya.
Sudah kehendak-Nya. Ada yang datang, ada
yang pergi. Ada bersama, dan ada berpisah.
Dari kutipan tersebut di atas dapat dilihat bahwa
Tokoh Karra di dalam Novel Dealova ini
mengakui dan melaksanakan cara pemujaannya kepada Tuhan dengan cara pasrah
menerima segala cobaan dan Takdir dari Tuhan, setelah kematian kekasih yang
disayanginya (Dira).
2)
Manusia dan Keindahan
Keindahan
yang menjadi nilai-nilai dasar kehidupan manusia adalah keindahan yang
menyentuh hal yang mendasar dalam diri manusia, menyentuh unsur spritual,
batiniah dalam hati manusia. Hal itu didukung oleh pendapat Aristoteles (Djoko,
1994:61) yang merumuskan bahwa keindahan sebagai sesuatu yang baik dan
menyenangkan. Berikut cuplikan yang
mewakili unsur keindahan di dalam novel Dealova:
Angin bukit menerpa wajah seorang cewek yang
tengah berdiri di antara deretan pepohonan.
”Dira..ini keren banget!Dari mana elo tau ada
tempat kayak gini?” Karra berkata karena takjub melihat keindahan lampu-lampu
deretan rumah di kaki bukit. (Dyan, 2004: 163)
Tokoh Karra
di ajak tokoh Dira jalan-jalan dan menikmati keindahan alam yang ada di Puncak
Bogor. Mereka menatap keindahan lampu-lampu deretan rumah di kaki bukit.
Sungguh membuat mereka takjub dan terpesona.
Dira membuat aku sadar, ternyata benci dan cinta
memiliki perbedaan yang sangat tipis. Selama ini aku belajar untuk menembus
cinta yang hanya didasari hal-hal nyata, yang dapat dilihat atau diraba. Dan
ternyata...keindahan sejati bukanlah yang terlihat pada kulit luarnya! (Dyan,
2004: 163)
Dalam bidang Filsafat, istilah
nilai estetik atau keindahan seringkali dipakai
suatu benda abstrak yang berarti keberhargaan atau kebaikan (Djoko,
1994:63). Dari cuplikan tersebut juga dapat dilihat sisi keindahan yang dilihat
dan dinilai oleh manusia. Namun keindahan yang menyentuh unsur luar atau fisik
tidaklah keindahan yang hakiki.
3)
Manusia dan Penderitaan
Baik
dalam Al-Quran maupun dalam kitab suci agama lain banyak surat dan ayat yang
menguraikan tentang penderitaan yang dialami manusia, itu merupakan peringatan
bagi manusia. Berbagai kasus penderitaan
terdapat dalam kehidupan sesuai dengan liku-liku kehidupan manusia itu sendiri.
Dalam kehidupan, penderitaan manusia telah menjadi salah satu gagasan atau tema
karya filsafat atau karya seni sepanjang zaman (Djoko, 1994:82).
Awal
mula munculnya penderitaan dalam diri manusia adalah karena ia melakukan kesalahan terhadap sesuatu yang bersifat
normatif. Usaha untuk mengatasi penderitaan itu adalah tidak melakukan
penyelewengan, kesalahan dan penyimpangan dari norma-norma, baik norma agama
yang digariskan Tuhan maupun norma yang disepakati oleh masyarakat itu sendiri.
Namun tak jarang pula penderitaan manusia datang dari orang lain yang merasa
dirugikan oleh pihak yang sebenarnya tidak menyadari bahwa ia telah merugikan.
Dalam
novel Dealova, Dira tokoh sentral dalam novel ini mengalami penderitaan yang
disebabkan di sekolah barunya itu ada siswa yang nakal mengeroyok dan menganiaya
dirinya, terlihat dalam cuplikan berikut:
Karra tampak terkejut. Matanya melotot. Ternyata dugaannya benar.
Aji pasti kesal pada Dira karena ia terpilih menjadi kapten tim basket cowok
yang baru. Pantas saja sebelum menemukan Dira terkapar di taman, Karra sempat
berpapasan dengan Aji dkk membawa tongkat bisbol. Ternyata...Ya, pasti Aji
pelakunya! Pasti Aji dan teman-temannya yang memukuli Dira waktu itu! (Dyan,
2004:149)
Banyak hal sebenarnya yang bisa menjadi
penyebab penderitaan manusia, yakni bencana alam, musibah atau kecelakaan,
penindasan, perbudakan dan lain sebagainya. Di dalam Novel Dealova ini,
tepatnya cuplikan di atas terlihat bahwa tokoh Dira ditindas atau disiksa badannya
oleh Aji dan kawan-kawan. Selain itu
tokoh Dira ini juga cukup menderita dan tersiksa dalam melawan penyakitnya.
4)
Manusia dan Pandangan hidup
Setiap
manusia haruslah mempunyai pandangan hidup, karena pandangan hidup adalah
penggerak dan pengukur dari segala aktifitas manusia dalam mewujudkan cita-cita
hidupnya. Dengan adanya pandangan hidup yang menjadi pedoman akan membangkitkan
daya kreatifitas yang baik untuk mewujudkan manusia yang berbahagia. Pandangan
hidup terdiri atas cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup. Menurut Djoko (1994:126) ada tiga kategori hati
manusia untuk mencapai cita-citanya, yakni keras, lunak dan lemah. Dalam novel
Dealova ini terlihat pandangan hidup para tokoh dalam menghadapi hidupnya.
Diantaranya adalah tokoh Ibel yang memiliki hati yang lunak dalam mencapai
cita-cita dan keinginannya untuk mendapatkan kekasih seperti Karra. Ia tetap
bersabar dalam menunggu Karra yang memiliki kekasih lain (Dira).
Gambaran
tentang pandangan hidup tokoh yang terdapat dalam objek penelitian ini adalah
arti hidup diwakili oleh Karra. Hal itu dapat dilihat dalam kutipan sebagai
berikut:
“Gue emang nggak bisa bohong sama diri gue
sendiri. Gue nggak bisa bohong kalo gue juga sayang sama elo, Bel...” (Dyan,
2004:298).
Karra yang
merasa sudah cukup lama larut dalam kesedihan karena kematian kekasihnya,
akhirnya menjalani hubungan dengan Ibel, laki-laki yang memang sudah sejak lama
menyukai Karra. Ia menatap hidupnya yang masih terbentang luas di depannya.
5)
Manusia dan Tanggung Jawab
Tanggung
jawab adalah kewajiban melakukan tugas tertentu. Menurut kamus W.S
Poerwadarminta dalam Mustopo (1983: 191) tanggung jawab adalah sesuatu yang
menjadi kewajiban untuk dilaksanakan atau dibalas. Hampir sejalan dengan itu
(Djoko, 1994: 144) menyatakan bahwa tanggung jawab adalah kesadaran manusia
akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja.
Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai
perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
Manusia
yang bertanggung jawab adalah manusia
yang dapat menyatakan dirinya menurut norma umum yang berlaku. Norma umum belum
tentu sama dengan norma pribadi, karena apapun yang baik menurut diri sendiri
belum tentu diterima orang lain. Tanggung jawab yang tergambar dalam objek
penelitian ini adalah tentang kesadaran tokoh yang mengerti dengan tanggung
jawabnya. Hal tersebut dialami oleh Karra yang ditolong oleh Dira:
”Hmmm...tingginya hampir sama dengan gue, pake
celana basket, rambutnya cepak dikeatasin semua. Tadinya gue pikir anaknya
sengak. Tapi ternyata dia baik juga mau nganterin elo.” (Dyan, 2004:66)
Dari
cuplikan tersebut terlihat tokoh Dira mau bertanggung jawab mengantarkan Karra
yang pingsan setelah Dira yang mengajaknya untuk bermain basket. Selain itu dalam Novel ini rasa tanggung jawab
juga diwakili oleh Iraz-kakak Karra-yang menjaga adiknya dan selalu menjemput
Karra sepulang sekolah. Terlihat dalam cuplikan berikut ini:
” Halo...”
” Raz, jemput gue sekarang
ya. Panas nih!
” Iya. Tunggu di gerbang,
ya...” (Dyan, 2004:38)
6)
Manusia dan Kegelisahan
Manusia
yang hidup adalah manusia yang akrab dengan kegelisahan dan kecemasan, yang
sering disebabkan oleh ketidaksamaan idealisme dengan kenyataan hidup yang
dialami, seperti ketakutan, kegelisahan, kepanikan, ketidakpastian/kebimbangan.
Gambaran tentang kegelisahan yang dialami tokoh dalam objek penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Sebenarnya Ibel bingung harus ngmong apa lagi sama
Karra. Saat itu perasaannya tidak menentu. Selama ini dia memang sayang pada
Karra. Tapi dia masih ragu, apakah sayangnya sama seperti sayangnya Iraz pada Karra, atau.... (Dyan,
2004: 158)
Ibel
bingung dengan perasaannya kepada karra, ia gelisah karena selama ini ia sangat
menyayangi Karra. Tapi Ia masih ragu apakah perasaan itu sama dengan perasaan
dua orang yang beradik kakak atau bersaudara. Di samping itu, gambaran tentang
ketakutan malah dialami tokoh dalam objek penelitian ini adalah sebagai
berikut:
” Lo nggak tahu betapa takutnya gue saat ngeliat
elo pingsan waktu itu. Gue rela lo benci sama gue” (Dyan, 2004: 147)
Dari
cuplikan tersebut di atas dapat dilihat bahwa betapa takutnya tokoh Dira di
saat ia melihat Karra pingsan ketika mereka main basket.
7) Manusia dan Harapan
Harapan merupakan suatu keinginan tentang sesuatu
hal atau suatu hal terwujud atau didapatkan. Harapan adalah idealisme seseorang
di luar realitas yang dihadapinya, dan harapan dapat berupa konsep ideal karena
ketidakpuasan terhadap realitas. Setiap manusia mempunyai dan harus berusaha
memperjuangkannya, tetapi harapan harus disesuaikan dengan kemampuan dan
kenyataan potensi diri sendiri. Harapan bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Gambaran tentang manusia dan harapan
terlihat pada tokoh Dira yang memiliki sedikit harapan untuk semangat dalam
menjalani kehidupan di sisa-sisa umur karena penyakit kangker paru-parunya itu.
Terlihat dari cuplikan berikut ini:
”Kami tahu, mungkin Dira membenci kami
karena kami jarang di rumah. Tetapi harapan dan semangat hidupnya tiba-tiba
muncul ketika...”
”Ketika apa tante?” tanya Karra.
”Ketika ..Ketika dia ketemu kamu...”
(Dyan, 2004:219)
IV. INTERPRETASI/PEMBAHASAN
Aspek budaya dasar yang dominan tergambar dalam
novel Dealova karya Dyan ada enam. Ketujuh aspek budaya dasar itu diurutkan
mulai aspek yang paling dominan. Urutan tersebut adalah: manusia dan cinta
kasih, manusia dan keindahan, manusia dan penderitaan, manusia dan
kegelisahan, manusia dan pandangan
hidup, manusia dan harapan.
Hubungan
manusia dengan cinta kasih tergambar dalam novel Dealova terbagi dua, yaitu
cinta kasih sesama manusia dan kemesraan. Dalam hidup manusia selalu
menggantungkan diri kepada manusia lain, bahkan tidak pernah ada manusia yang
hidup tanpa orang lain. Akibat dari sikap ketergantungan sesama manusia akan
melahirkan sikap tolong-menolong. Yang mendasari sikap tolong menolong itu
adalah keikhlasan, bukan karena suatu keterpaksaan. Cinta kasih antara sesama manusia dalam novel
Dealova ini terlihat pada Tokoh Karra, yang ditolong oleh Dira ketika ia
pingsan, ditolong oleh Ibel untuk menjemputnya sepulang sekolah dan sebagainya.
Hubungan manusia dan keindahan terlihat pada tokoh Karra di
ajak tokoh Dira jalan-jalan dan menikmati keindahan alam yang ada di Puncak
Bogor. Mereka menatap keindahan lampu-lampu deretan rumah di kaki bukit.
Sungguh membuat mereka takjub dan terpesona. Selain itu tokoh Karra juga
melihat keindahan dari dalam hati Dira. Kebaikan Dira kepadanya adalah
keindahan yang luar biasa yang pernah ia rasakan. Maka dapat dilihat sisi
keindahan yang dilihat dan dinilai oleh manusia. Namun keindahan yang menyentuh
unsur luar atau fisik tidaklah keindahan yang hakiki.
Hubungan
manusia dengan pandangan hidup dalam novel Dealova ini terlihat pandangan hidup
para tokoh dalam menghadapi hidupnya. Diantaranya adalah tokoh Ibel yang
memiliki hati yang lunak dalam mencapai cita-cita dan keinginannya untuk
mendapatkan kekasih seperti Karra. Ia tetap bersabar dalam menunggu Karra yang
memiliki kekasih lain (Dira). Karra juga memiliki pandangan hidup yang tidak
sempit. Setelah kekasihnya -Dira- meninggal dunia ia menjalani hubungan dengan
Ibel, laki-laki yang memang sudah sejak lama menyukai Karra. Ia menatap
hidupnya yang masih terbentang luas di depannya.
Hubungan manusia dengan penderitaan dapat
dilihat pada tokoh Dira. Dalam novel Dealova, Dira tokoh sentral dalam novel
ini mengalami penderitaan yang disebabkan di sekolah barunya itu ada siswa yang
nakal mengeroyok dan menganiaya dirinya. Banyak hal sebenarnya yang bisa menjadi penyebab penderitaan manusia,
yakni bencana alam, musibah atau kecelakaan, penindasan, perbudakan dan lain
sebagainya. Di dalam Novel Dealova ini, tepatnya cuplikan di atas terlihat
bahwa tokoh Dira ditindas atau disiksa badannya oleh Aji dan kawan-kawan. Selain itu tokoh Dira ini juga cukup
menderita dan tersiksa dalam melawan penyakitnya.
Hubungan manusia dengan tanggung jawab
terlihat dari tokoh Dira dan Iraz. Dira mau bertanggung jawab mengantarkan
Karra yang pingsan setelah Dira yang mengajaknya untuk bermain basket. Selain itu dalam Novel ini rasa tanggung
jawab juga diwakili oleh Iraz-kakak Karra-yang menjaga adiknya dan selalu
menjemput Karra sepulang sekolah.
Hubungan manusia dengan kegelisahan
terlihat pada tokoh Ibel yang bingung dengan perasaannya kepada karra, ia
gelisah karena selama ini ia sangat menyayangi Karra. Tapi Ia masih ragu apakah
perasaan itu sama dengan perasaan dua orang yang beradik kakak atau bersaudara.
Di samping itu rasa takut juga dialami Dira ketika melihat Karra pingsan.
Hubungan manusia dan harapan terlihat pada
tokoh karra yang memiliki sedikit harapan untuk semangat dalam menjalani kehidupan
di sisa-sisa umur karena penyakit kangker paru-parunya itu.
A.
Makna yang Terkandung di dalam Struktur
Sehubungan dengan Aspek
Novel ini mencitrakan atau merefleksikan tentang kehidupan
yang tidak bisa ditebak. Kadang bisa benci terhadap sesuatu/seseorang, kadang
juga bisa menjadi sayang. Pertemuan, jodoh, maut, rezeki semua telah ditentukan oleh Tuhan.
Kita sebagai manusia hanya bisa berikhtiar dan berusaha. Hal itu dapat terlihat
pada Karra yang semulanya sangat membenci Dira bisa berubah menjadi cinta,
ketika maut menjemput Dira, dan ketika cinta Ibel disambut kembali oleh Karra.
Walaupun Karra telah menjadi kekasih Dira, tapi Ibel tetap menunggu dengan
setia dan terus berusaha dan berikhtiar untuk mendapatkan cinta Karra.
B. Amanat/Pesan
Dari
Novel Dealova ini cukup banyak amanat/pesan yang dapat diambil. Diantaranya
jangan terlalu membenci sesuatu, karena kebencian itu bisa berbalik arah
menjadi cinta. Terlihat dari
kehidupan peran utama Karra yang awalnya sering bertengkar dan membenci Dira.
Tapi lama-kelamaan rasa benci itu berubah menjadi cinta. Amanat/pesan lain yang
terdapat dalam novel Dealova adalah
Jangan menyesali apa yang telah terjadi, Jangan menyesali cobaan apa pun yang
menimpa kita, karena semua cobaan itu telah digariskan dan ditentukan oleh
Allah SWT. Terlihat pada cuplikan berikut:
”Jangan pernah nyesel sama apa yang udah terjadi
(Dyan, 2004:284).” Iraz terlihat lebih
dewasa semenjak balik dari New York.
V. SIMPULAN
Berdasarkan deskripsi data penelitian ini terhadap
aspek budaya dasar novel Dealova karya
Dyan, dapat diambil kesimpulan bahwa dari delapan aspek budaya dasar yaitu
aspek (1) manusia dan cinta kasih; (2) manusia dan keindahan; (3) manusia dan
penderitaan; (4) manusia dan keadilan; (5) manusia dan pandangan hidup; (6)
manusia dan tanggung jawab (7) manusia dan kegelisahan, (8) manusia dan
harapan. Dalam novel Dealova ini hanya tergambar tujuh aspek yakni sebagai
berikut:
1.
Manusia
dan Cinta Kasih
Dalam novel
Dealova karya Dyan tergambar lebih umum atau universal yaitu lebih mencintai
sesama.
2.
Manusia
dan Keindahan
Keindahan yang dialami dan direfleksikan oleh tokoh dalam
novel Dealova ini tidak hanya dilihat dari sisi luar atau fisik saja, tapi juga
sisi yang lebih mendalam dan hakiki.
3.
Manusia
dan Penderitaan
Penderitaan
yang dialami oleh tokoh dalam novel ini dihadapi dan dijalani dengan tabah. Ia
mengambil sisi positif dan hikmah dari kejadian yang dialaminya.
4.
Manusia
dan Pandangan Hidup
Pandangan hidup dalam novel Dealova sangat baik karena tokoh
telah mengerti arti kehidupan yang sebenarnya.
5.
Manusia
dan Tanggung Jawab
Umumnya tokoh yang ada dalam novel
Dealova mempunyai tanggung jawab yang baik.
6.
Manusia
dan Kegelisahan
Kegelisahan
yang digambarkan dalam novel Dealova karya Dyan beragam dan cukup menantang.
Namun hal-hal yang ditakutkan itu dapat diatasi dengan baik
7.
Manusia
dan Harapan
Harapan
yang tergambar dalam novel Dealova ini merupakan harapan manusia untuk dapat
menjalani hidup ditengah penderitaannya karena mengindap penyakit yang
mematikan.
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi
Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Atar Semi. 1988. Anatomi Sastra. Padang:
Angkasa.
Dyan Nuranindya. 2005. Dealova.
Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Djoko Widagdho, dkk. 1994. Ilmu
Budaya Dasar. Jakarta:
Bumi Aksara.
Hasanuddin, WS. dkk. 2004. Ensiklopedi
Sastra Indonesia.
Bandung: Titian
Ilmu.
Koentjoroningrat. 1983. Kebudayaan
Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta:
Gramedia,
Muhardi dan Hasanuddin WS. 2006. Prosedur
Analisis Fiksi: Kajian Strukturalisme. Padang: Citra Budaya Indonesia.
Mustopo, M. Habib. 1993. Ilmu
Budaya Dasar. Surabaya:
Penerbit Usaha Nasional.
Supratman Abdul Rani. 1996. Ikhtisar
Sastra Indonesia.
Bandung:
Pustaka Setia.
Jujun Suriasumantri. 1996. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Jaya.
Soemardjo J dan Saini KM. 1988. Apresiasi
Kesusastraan. Jakarta:
PT Gramedia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar